SAUH BAGI JIWA
Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita. (Ibrani 4:12)
Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita. (Ibrani 4:12)
Kitab Hukum adalah perintah dan ketetapan Allah yang tertulis (Ul 30:10). Dalam definisi aslinya, kata miswa (perintah) berarti “apa yang telah Allah perintahkan”. Kata khuqqim (ketetapan) berarti “apa yang telah ditetapkan oleh Pemberi Hukum Ilahi”. Inti dari Kitab Hukum adalah memungkinkan semua manusia untuk membaca petunjuk yang diberikan kepada mereka dari Pencipta mereka. Alkitab menjelaskan bagaimana Hukum diberikan kepada manusia, yaitu orang Israel berdiri di hadapan Allah di Gunung Horeb (juga disebut Gunung Allah; lihat Kel 3:1). Di sinilah Tuhan membiarkan diri-Nya didengar (Ul 4:10-13).
Dalam perjanjian antara Allah dan Israel, bangsa Israel harus menjalankan perintah-perintah Allah. Jika melakukannya, mereka akan memiliki hubungan yang menyenangkan dengan Tuhan. Tuhan akan bersukacita atas mereka dan memberkati mereka dengan berlimpah dalam segala pekerjaan mereka. Seperti yang dikatakan Tuhan Yesus, “Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.” (Mat 4:4). Yesus berkata bahwa kita harus menjalani hidup kita dengan firman Tuhan. Semua kegiatan, rutinitas dan tindakan kita sehari-hari harus sesuai dengan firman-Nya sehingga kita dapat benar-benar tinggal bersama Tuhan (Yoh 14:23).
Hamba-hamba Yosia, yaitu Imam Besar Hilkia dan Syafan, sang juru tulis, membawa kitab itu kepada raja dan membacakannya (2Taw 34:14-18). Hamba-hamba Yosia mengetahui bahwa raja memiliki kasih yang dalam kepada Tuhan. Mereka bisa melihat tindakan dan niat Yosia, kehidupan sehari-harinya dan bagaimana dia takut kepada Tuhan. Yosia dapat memahami intisari dan definisi perintah yang sebenarnya, yaitu apa yang telah ditetapkan oleh Sang Pemberi Hukum Ilahi.
Yosia memiliki sikap yang benar terhadap firman Tuhan. Firman Allah tidak pasif, melainkan aktif dan hidup (Ibr 4:12). Sabda Tuhan harus menggerakkan kita setiap hari, mengubah hidup kita setelah kita mendengarnya. Tuhan berkata bahwa firman yang keluar dari mulut-Nya tidak akan kembali dengan hampa, tetapi akan memenuhi tujuan yang telah ditetapkan Tuhan (Yes 55:11).
Yosia tidak hanya sekedar mendengar apa yang sedang dibacakan untuknya, tetapi mengamalkan firman Tuhan ke dalam kehidupannya sehari-hari dan umatnya. Yosia merenungkan firman Allah dengan hati nurani yang bersih, seperti Paulus yang berusaha memiliki hati nurani yang jernih agar tidak melakukan kesalahan di depan orang lain, terutama di hadapan Tuhan (Kis 24:16). Yosia mengevaluasi dirinya sendiri karena setelah mendengar perkataan kitab Taurat Tuhan, ia merobek pakaiannya. Ini adalah bukti kerendahan hati untuk menilai dirinya sendiri apakah perilaku dirinya dan umatnya telah sesuai dengan Hukum Taurat Tuhan (2Taw 34:26-27).
Yosia memandang firman Tuhan tidak secara bias, tetapi dengan adil sehingga menyadari bahwa apa yang mereka lakukan tidak sesuai dengan perintah Tuhan. Dia bertobat dan mengakui kesalahannya serta meminta seluruh bangsa untuk bertobat. Karena itu, Yosia diselamatkan dari bencana yang diucapkan oleh Tuhan (2Taw 34:28). Ketika kita memiliki sikap yang benar dan mengikuti firman Tuhan, kita akan lolos dari kematian kedua dan menemukan kehidupan sejati di dalam Tuhan (Yoh 6:68).