SAUH BAGI JIWA
“Peganglah segala sesuatu yang telah engkau dengar dari padaku sebagai contoh ajaran yang sehat dan lakukanlah itu dalam iman dan kasih dalam Kristus Yesus.” (2 Timotius 1:13)
“Peganglah segala sesuatu yang telah engkau dengar dari padaku sebagai contoh ajaran yang sehat dan lakukanlah itu dalam iman dan kasih dalam Kristus Yesus.” (2 Timotius 1:13)
Rasul Petrus pernah mengingatkan para jemaat, “Juga kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan – maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah – oleh kebangkitan Yesus Kristus.” (1Ptr 3:21). Menerima baptisan bukan hanya supaya kita dapat berkomitmen untuk hidup benar di hadapan Allah. Baptisan juga membuka jalan agar kita dapat menerima mahkota kehidupan sebagai upah dari pelayanan yang kita lakukan bagi kerajaan Allah. Ini semua harus dilakukan dengan hati nurani yang murni. Bisa menjadi umat Allah yang hidup merupakan hal yang sangat indah.
Memelihara hati nurani yang murni secara terus-menerus tentu tidak mudah. Kita perlu mengambil sejumlah langkah untuk itu. Pertama, kita harus taat pada kehendak Tuhan. Jika kita tidak taat, hati nurani kita tidak akan bisa menjadi murni. Firman Tuhan mengatakan, “Jadi jika seorang tahu bagaimana dia harus berbuat baik, tetapi dia tidak melakukannya, dia berdosa.” (Yak 4:17). Kita harus taat pada kehendak Tuhan karena kita tahu kehendak Tuhan itu baik bagi kita. Kita harus melakukannya agar tidak berdosa. Dalam melayani Tuhan, ada kalanya lancar, namun ada saatnya terhambat. Namun, hal yang terpenting adalah tetap fokus pada kehendak Tuhan dan bukan pada kehendak manusia sehingga kita tidak terombang-ambing dan tahu membedakan mana yang benar dan salah.
Apakah kita mengetahui kehendak Tuhan? Jika tidak, bagaimana kita dapat membedakan benar dan salah? Rasul Paulus pernah memberikan nasihat kepada Timotius untuk mengingat ajaran nenek dan ibunya. Tidak hanya mengingat, tetapi Timotius harus meneruskan hal itu. Saat ini, banyak orang berpendidikan tinggi, tetapi kerap membuat apa yang salah menjadi benar dan tidak mengikuti kehendak Tuhan. Hal ini sangat berbahaya. Oleh karena itu, kita harus mempunyai hati nurani yang murni.
Dalam kitab Korintus, firman Tuhan mengatakan, “Inilah yang kami megahkan, yaitu bahwa suara hati kami memberi kesaksian kepada kami, bahwa hidup kami di dunia ini, khususnya dalam hubungan kami dengan kamu, dikuasai oleh ketulusan dan kemurnian dari Allah bukan oleh hikmat duniawi, tetapi oleh kekuatan kasih karunia Allah.” (2Kor 1:12). Perkataan ini patut kita renungkan. Kita harus memelihara hati nurani yang murni di hadapan Tuhan. Hati nurani harus terus-menerus disucikan agar tetap murni di dalam segala aspek kehidupan.
Kedua, selain menaati kehendak Tuhan, kita perlu memiliki iman yang murni. Dalam kitab Roma 14:22-23 dikatakan, “Berpeganglah pada keyakinan yang engkau miliki itu, bagi dirimu sendiri di hadapan Allah. Berbahagialah dia, yang tidak menghukum dirinya sendiri dalam apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan. Tetapi barangsiapa yang bimbang, kalau ia makan, ia telah dihukum, karena ia tidak melakukannya berdasarkan iman. Dan segala sesuatu yang tidak berdasarkan iman, adalah dosa.”
Iman adalah bagian penting untuk memelihara hati nurani yang murni. Jika hati nurani kita mengatakan bahwa sesuatu itu baik, tetapi pada kenyataannya itu salah di hadapan Tuhan, hati nurani kita sesungguhnya telah menjadi rusak. Artinya, kita tidak memelihara hati nurani itu sesuai dengan kehendak Tuhan.
Dosa adalah hasil kejahatan yang bersumber dari dari hati kita. Semakin kita berdosa dengan melawan kehendak Tuhan, hati nurani kita menjadi semakin lemah. Agar hati nurani terjaga dan terpelihara, hendaknya kita senantiasa mendengarkan peringatan yang disampaikan oleh hati nurani kita. Hati-hatilah, dosa dapat menghancurkan hati nurani yang murni di hadapan Tuhan.