SAUH BAGI JIWA
“Dan berserulah seorang bentara dengan suara nyaring: ‘Beginilah dititahkan kepadamu, hai orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa: demi kamu mendengar bunyi sangkakala, seruling, kecapi, rebab, gambus, serdam dan berbagai-bagai jenis bunyi-bunyian, maka haruslah kamu sujud menyembah patung yang telah didirikan raja Nebukadnezar itu; siapa yang tidak sujud menyembah, akan dicampakkan seketika itu juga ke dalam perapian yang menyala-nyala!’” (Daniel 3:4-6)
“Dan berserulah seorang bentara dengan suara nyaring: ‘Beginilah dititahkan kepadamu, hai orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa: demi kamu mendengar bunyi sangkakala, seruling, kecapi, rebab, gambus, serdam dan berbagai-bagai jenis bunyi-bunyian, maka haruslah kamu sujud menyembah patung yang telah didirikan raja Nebukadnezar itu; siapa yang tidak sujud menyembah, akan dicampakkan seketika itu juga ke dalam perapian yang menyala-nyala!’” (Daniel 3:4-6)
Pada masa pemerintahan Nebukadnezar, orang-orang Israel yang berada dalam pembuangan di Babel berada dalam kondisi yang tidak mudah. Bangsa Israel tidak diperbolehkan memegang peribadahannya sendiri, dan mereka dipaksa mengikuti aturan dan peribadahan di Babel. Bahkan jika kita cermati dari nama Daniel, Hananya, Misael, dan Azarya yang diganti dengan nama-nama Babel, secara tidak langsung merupakan cara negeri Babel untuk menggeser jati diri mereka sebagai bangsa Israel, bangsa pilihan Tuhan (Dan 1:6-7). Artinya pada masa itu, bangsa Israel berada pada kondisi dan situasi yang sulit untuk tetap memegang jati diri mereka sebagai umat Tuhan.
Ketika Nebukadnezar membuat patung emas, ia mengeluarkan titah kepada semua orang untuk sujud menyembah patung tersebut. Ini adalah sebuah titah yang menjadi tantangan tersendiri bagi bangsa Israel. Bangsa Israel mengetahui siapakah yang layak disembah. Perintah Tuhan sudah jelas bagi mereka (Kel. 20:5). Tetapi, mereka hidup di bawah kekuasaan Nebukadnezar yang menitahkan mereka untuk menyembah patung buatan. Apabila mereka tidak mengikuti perintah Nebukadnezar, perapian yang menyala-nyala telah menanti mereka. Inilah yang dihadapi bangsa Israel pada masa itu.
Bagaimanakah dengan kita sekarang? Sesungguhnya kita pun berada dalam situasi dan keadaan yang serupa seperti yang dihadapi bangsa Israel. Kita dihadapkan pada dua pilihan yang dapat mempengaruhi hidup kita. Bagi kita yang sedang menempuh pendidikan, kita dihadapkan pada dua pilihan sulit – apabila kegiatan sekolah atau kampus dijadwalkan pada hari Sabat. Demikian juga dalam dunia pekerjaan atau usaha, kita juga dihadapkan pada dua pilihan: mengikuti perintah Tuhan atau memprioritaskan mata pencaharian kita.
Babel melambangkan dunia yang penuh tipu muslihat, yang berusaha menggeser jati diri kita sebagai umat Tuhan dengan segala tuntutan dan kebutuhan hidup yang semakin besar dan berat. Selama kita masih hidup di dunia, kita akan terus diperhadapkan pada tekanan dan tuntutan hidup kita. Tetapi janganlah kita sampai lupa, bahwa hidup kita di dunia hanya sementara saja. Jika dihadapkan dengan pilihan hidup atau mati, kita harus tetap berpegang teguh pada perintah Tuhan, karena Dia jauh lebih berharga dibandingkan dengan kehidupan di dunia (Mzm 116:15).