SAUH BAGI JIWA
“Iapun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu:”Diam! Tenanglah!” Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali.” (Markus 4:39)
“Iapun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu:”Diam! Tenanglah!” Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali.” (Markus 4:39)
Yesus bersama murid-murid bertolak ke seberang Danau Galilea pada saat petang. Lalu, mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu penuh dengan air (Mrk 4:37). Murid-murid membangunkan Yesus yang sedang tidur di buritan pada sebuah tilam.
Manusia sejatinya membutuhkan air. Kita dapat membayangkan bagaimana jutaan umat Israel terancam kematian karena tidak ada air. Sebaliknya, air di tempat yang salah dan dalam jumlah yang terlalu banyak juga dapat mengancam kehidupan murid-murid Yesus. Air dalam buli-buli atau dalam kendi atau buyung tentu bermanfaat untuk murid-murid yang sedang menaiki perahu di Danau Galilea. Namun, taufan yang dahsyat membuat air masuk ke dalam perahu dalam volume yang sangat besar.
Usaha seseorang bisa mengalami pasang surut. Ketika usahanya mengalami pasang, ia bisa memperoleh keuntungan berlipat ganda. Musa mencatat: “Maka menaburlah Ishak di tanah itu dan dalam tahun itu juga ia mendapat hasil seratus kali lipat; sebab ia diberkati TUHAN. Dan orang itu mejadi kaya, bahkan kian lama kian kaya, sehingga ia menjadi sangat kaya.” (Kej 26:12-13). Di masa pandemi ini, ada pengusaha tertentu yang beroleh keuntungan berlipat ganda dibandingkan pada masa normal.
Uang yang terlalu banyak, terutama jika diperoleh dalam waktu yang relatif singkat dapat membahayakan seseorang. Paulus mengatakan, “Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan.” (1 Tim 6:9). Ishak diberi kekayaan yang begitu besar, meskipun sangat mungkin ia bukanlah seorang yang ingin kaya. Dalam kekayaannya Ishak tetap hidup menurut ajaran Allah dan menaati firman Tuhan.
Yesus menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: “Diam! Tenanglah! (Mrk 4:39). Di dalam catatan yang lain, Yesus berkata kepada murid-murid: “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” (Mrk 4:40).
Mari kita berandai-andai. Jika kita balik perkataan Tuhan Yesus “Diam! Tenanglah!” yang ditujukan kepada angin menjadi ditujukan kepada murid-murid, apakah bisa? Tentu saja bisa karena ini adalah hal yang wajar.
Mari kita melihat catatan di dalam Alkitab: “Maka timbullah pertengkaran di antara murid-murid Yesus tentang siapakah yang terbesar di antara mereka.” (Luk 9:46). Bila saat ini di dalam rumah Allah atau di dalam rumah tangga umat Allah terjadi pertengkaran, tidak mustahil Yesus menghardik: “Diam! Tenanglah!”
Nabi Mikha menuliskan: “Sebab anak laki-laki menghina ayahnya, anak perempuan bangkit melawan ibunya, menantu perempuan melawan ibu mertuanya; musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya.” (Mik 7:6). Saat pertengkaran terjadi seringkali pihak-pihak yang bertengkar banyak berbicara. Suara satu pihak yang keras biasanya akan ditimpali oleh suara yang tidak kalah keras oleh pihak yang lain. Pihak yang satu merasa benar; pihak yang lain juga merasa tidak bersalah. Jika hal itu terjadi di dalam kehidupan kita, ingatlah perkataan Yesus kepada angin dan danau itu: “Diam! Tenanglah!