SAUH BAGI JIWA
“Sebab itu Ahab telah memanggil Obaja yang menjadi kepala istana. Obaja itu seorang yang sungguh sungguh takut akan TUHAN.” ()
“Sebab itu Ahab telah memanggil Obaja yang menjadi kepala istana. Obaja itu seorang yang sungguh sungguh takut akan TUHAN.” ()
Obaja adalah nama dalam bahasa Ibrani yang artinya “abdi TUHAN” atau “pemuja TUHAN”. Obaja adalah orang yang takut pada TUHAN walaupun ia hidup pada zaman Ahab memerintah sebagai raja Israel.
Ada beberapa hal yang menarik dari Obaja yang bisa kita teladani. Pertama, sejak kecil, ia adalah orang yang takut kepada Tuhan. Alkitab menuliskan: “Kalau aku sampai kepada Ahab untuk memberitahukannya dan engkau tidak didapatinya, tentulah ia akan membunuh aku, padahal hambamu ini dari sejak kecil takut akan TUHAN.” (1Raj 18:12b).
Orangtua memegang peranan penting untuk mengarahkan hati anak-anaknya agar takut dan hormat kepada Allah. Ayah dan ibu harus membawa anak-anak ke hadapan Tuhan. Penulis kitab Amsal mencatat: “Anak-anak pun sudah dapat dikenal dari pada perbuatannya, apakah bersih dan jujur kelakuannya.” (Ams 20:11). Buah dari pendidikan iman kepada anak-anak sudah bisa dilihat sejak mereka masih kecil, seperti nampak pada diri Obaja.
Kedua, Alkitab mencatat tindakan Obaja: “Karena pada waktu Izebel melenyapkan nabi-nabi TUHAN, Obaja mengambil seratus nabi, lalu menyembunyikan mereka lima puluh lima puluh sekelompok dalam gua dan mengurus makanan dan minuman mereka.” (1Raj 18:4). Butuh keberanian dan penghormatan atas hidup manusia untuk “melawan” Izebel. Tindakan ini sama dengan Rahab yang menyembunyikan kedua orang pengintai (Yos 2:4-5).
Pada setiap zaman selalu ada umat Allah yang memiliki keberanian untuk hidup jujur dan lurus, tidak terbawa arus untuk melakukan korupsi, kolusi, penipuan, dan sebagainya. Berani hidup sederhana asalkan tidak melakukan kejahatan. Tidak takut miskin asalkan berkenan kepada Allah. Tidak takut disebut orang aneh selama hidup benar menurut jalan Tuhan.
Ketiga, Obaja mengurus makanan dan minuman seratus orang nabi yang tinggal di dua tempat berbeda. Alkitab tidak menyatakan berapa lama Obaja mengurus makan dan minum mereka. Jelas dibutuhkan dana yang tidak sedikit, serta ketelatenan untuk menyediakan makanan dan minuman itu.
Ada gereja yang mengadakan perjamuan kasih setiap hari Sabat, biasanya berupa makan siang. Umat yang berpartisipasi biasanya berkisar 100 orang, yang dilakukan seminggu sekali menggunakan dana dari gereja. Belum pernah terdengar ada gereja yang melakukan perjamuan kasih setiap hari dengan dana dari jemaat yang tergerak hatinya. Kasih bukan hanya untuk dinyanyikan atau dikatakan, tetapi untuk dilakukan.
Keempat, iman kepercayaan Obaja nampak dari pernyataannya: “Mungkin terjadi, apabila aku sudah pergi dari padamu, Roh TUHAN mengangkat engkau ke tempat yang tidak kuketahui.” (1Raj 18:12a). Hal yang diyakini oleh Obaja ini kelak terjadi, yaitu Elia terangkat ke sorga (2Raj 2:11). Di zaman para rasul, hal yang sama juga terjadi: “Dan setelah mereka keluar dari air, Roh Tuhan tiba-tiba melarikan Filipus dan sida-sida itu tidak melihatnya lagi. Ia meneruskan perjalannya dengan sukacita. Tetapi ternyata Filipus ada di Asdod.” (Kis 8:39-40a).
Ketika hujan tidak turun selama tiga setengah tahun, iman Obaja kepada Allah tetap kokoh. Pemazmur mengatakan, “Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.” (Mzm 23:4). Ada saat kita menikmati padang rumput yang hijau, namun ada saatnya kita melewati lembah kekelaman, karam kapal, disesah, telanjang seperti yang dialami Paulus. Keyakinan kita kepada Allah tidak boleh goyah.