SAUH BAGI JIWA
“Ketika Yesus melihat orang banyak itu, naiklah Ia ke atas bukit dan setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya. Maka Yesus pun mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya: “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.”—Matius 5:1-3
“Ketika Yesus melihat orang banyak itu, naiklah Ia ke atas bukit dan setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya. Maka Yesus pun mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya: “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.”—Matius 5:1-3
Khotbah Yesus di bukit ini dapat dianggap sebagai khotbah pertama Yesus. Di sini secara khusus Yesus mengajarkan murid-murid tentang syarat untuk memperoleh kebahagiaan yang sejati. Ada delapan ucapan bahagia, yang kebanyakan di antaranya berlawanan dengan pemikiran kita pada umumnya tentang kebahagiaan, sebab kebahagiaan surgawi memang sangatlah berbeda dengan kebahagiaan duniawi.
Salah satu contohnya adalah ucapan bahagia yang pertama. Yesus berkata bahwa orang yang miskin di hadapan Allah adalah orang yang berbahagia. Sekilas kita akan bertanya-tanya, bagaimana mungkin orang yang miskin dapat merasakan kebahagiaan? Namun jika kita menyelidiki dan merenungkan makna perkataan itu dengan saksama, kita akan mengetahui bahwa yang dimaksud oleh Yesus bukanlah miskin secara materi, melainkan miskin secara rohani.
Orang yang “miskin rohani” akan merasa bahwa kita bukanlah siapa-siapa di hadapan Tuhan. Hanya oleh kasih karunia Allah kita ada sebagaimana kita sekarang ada. Sesungguhnya kita adalah manusia berdosa yang layak mendapat hukuman maut dan masuk ke dalam neraka. Namun Dia telah memilih kita menjadi anak-anak-Nya dan memperoleh kesempatan untuk mengenal kebenaran dan mendapatkan keselamatan. “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu.” (Yoh 15:16a)
Oleh karena itu, ketika kita merasa telah memiliki iman yang baik kepada Tuhan, telah terlibat dalam banyak pelayanan, dan memiliki banyak karunia rohani, janganlah kita menjadi sombong. Kita harus senantiasa bersikap rendah hati, sebab kita tahu bahwa semuanya itu merupakan kasih karunia Allah kepada kita. Dengan merasa diri miskin secara rohani, maka kita akan terus belajar akan kebenaran dan terus menyempurnakan rohani. Maka kita akan menjadi orang yang berbahagia.