SAUH BAGI JIWA
Perumpamaan tentang perjamuan kawin merupakan perumpamaan tentang kerajaan surga. Dan para undangan adalah orang-orang yang dipanggil untuk masuk ke dalamnya. Pada awalnya, yang diundang ke perjamuan itu adalah orang-orang tertentu, namun karena dengan berbagai alasan mereka menolak datang, maka akhirnya undangan itu diberikan kepada orang lain. Di sini Yesus secara tidak langsung memberitahukan kepada bangsa Israel bahwa akibat penolakan mereka pada Yesus dan Injil, keselamatan diberikan kepada bangsa-bangsa lain. Hal ini menggenapi nubuat yang telah disampaikan oleh nabi Yesaya, “Aku telah berkenan memberi petunjuk kepada orang yang tidak menanyakan Aku; Aku telah berkenan ditemukan oleh orang yang tidak mencari Aku. Aku telah berkata: ‘Ini Aku, ini Aku!’ kepada bangsa yang tidak memanggil nama-Ku.” (Yes. 65:1)
Setelah semua orang sudah hadir dalam perjamuan itu, sang raja masuk untuk menemui tamu-tamunya. Tetapi ketika dilihatnya ada orang yang tidak berpakaian pesta, raja itu menjadi marah dan menyuruh hamba-hambanya untuk mengikat kaki dan tangan orang itu dan mencampakkannya ke dalam kegelapan yang paling gelap. Mengapa demikian? Sebab dengan tidak memakai pakaian pesta, orang tersebut telah meremehkan dan tidak menghormati tuan rumah, apalagi ini merupakan pesta perjamuan kawin raja!
Kita yang telah terpanggil dan menerima Yesus adalah para undangan yang menghadiri perjamuan kawin raja. Sama seperti dalam perumpamaan tersebut, sekadar hadir saja tidak cukup untuk mengikuti perjamuan itu. Hanya orang-orang yang layak, mengenakan pakaian pesta, yang boleh mengikutinya. Demikian juga dengan kita, umat percaya. Kita juga harus mengenakan pakaian pesta, yaitu jubah putih yang berhiaskan kekudusan, sebab kita telah disucikan, dikuduskan, dan dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus (1Kor. 6:11b). Maka, kita harus melakukan perbuatan baik sebagaimana yang seharusnya dimiliki oleh para pengikut Kristus.
Rasul Paulus memberikan nasihat yang sangat baik bagi kita dalam Efesus 4:1-3, “Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu. Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu. Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera.“ Setelah kita menerima panggilan Kristus, kita harus meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi. Kita harus hidup bijaksana, adil dan beribadah selama kita hidup di dunia ini (Tit. 2:12) Kita tidak boleh lagi hidup sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia (Ef. 4:17).
Jika kita dapat melakukannya, kita akan menjadi orang-orang pilihan, yang dilayakkan untuk masuk dalam perjamuan kawin Anak Domba kelak. Tentu saja ini tidaklah mudah, diperlukan pengorbanan dan penyangkalan diri. Tidak semua orang bisa melakukannya. Maka Yesus berkata bahwa banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih. Namun jika kita memiliki tekad yang kuat dan mau bersandar penuh kepada Tuhan, Dia akan memberikan kita kemampuan. Wahyu 17:14b berkata, “Mereka bersama-sama dengan Dia juga akan menang, yaitu mereka yang terpanggil, yang telah dipilih dan yang setia.”