SAUH BAGI JIWA
“Maka dipegang-Nya tangan perempuan itu, lalu lenyaplah demamnya. Ia pun bangunlah dan melayani Dia.”
“Maka dipegang-Nya tangan perempuan itu, lalu lenyaplah demamnya. Ia pun bangunlah dan melayani Dia.”
Ketika singgah di rumah Petrus, Tuhan Yesus melihat bahwa ibu mertuanya sedang terbaring sakit karena demam. Lalu Tuhan Yesus memegang tangannya, dan lenyapkan demamnya seketika itu juga. Sungguh mudah bagi Tuhan Yesus untuk menyembuhkan seseorang yang sakit. Hanya dengan memegang tangannya, penyakit pun dapat disembuhkan. Tidak ada dokter manapun di dunia ini yang bisa melakukan hal ini. Tentu saja! Karena Tuhan Yesus adalah Allah Yang Maha Kuasa. Tidak ada sesuatupun hal yang terlalu sulit untuk dilakukan oleh-Nya.
Setelah disembuhkan oleh Tuhan Yesus, maka ibu mertua Petrus bangun dan melayani-Nya. Pada umumnya orang yang baru saja pulih dari penyakitnya masih lemas. Masih ingin disuguhkan makanan. Rasanya tidak ingin melakukan pekerjaan apapun karena merasa dirinya masih lemas karena baru saja sembuh. Tetapi ibu mertua Petrus ini berbeda. Baru saja sembuh, dia tidak menunda-nunda untuk bangun dan segera melayani Tuhan Yesus. Walau baru pulih, tidak ingin terus dilayani namun sebaliknya dapat melayani. Inilah wujud dari kasih dan rasa terima kasihnya kepada Tuhan Yesus yang telah menyembuhkannya.
Inilah sikap yang sudah selayaknya kita lakukan ketika menerima berkat dan kesembuhan dari Tuhan. Seperti pemazmur menasihatkan kita, “Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.” (Mzm 136:1)
Kalau kita ingat peristiwa di mana Tuhan Yesus menyembuhkan kesepuluh orang yang berpenyakit kusta. Semuanya telah disembuhkan, namun hanya satu orang yang kembali untuk berterima kasih kepada Tuhan Yesus. Menerima berkat dari Tuhan, biarlah kita boleh selalu ingat untuk mengucap syukur. Dan seperti ibu mertua Petrus yang bukan hanya mengucap syukur, tetapi lebih dari pada itu, dia melayani Tuhan.
Hari ini, setelah ditebus dari dosa-dosa kita, setelah Tuhan begitu mengasihi dan memberkati kehidupan kita, serta mencukupkan segala kebutuhan kita, kita pun mau melayani Tuhan sebagai wujud dari rasa syukur dan kasih kita kepada Tuhan. Mari kita bekerja di ladang-Nya dengan seluruh talenta yang telah Tuhan karuniakan kepada kita.
Biarlah dengan berbuat demikian, maka Tuhan pun akan berkata kepada kita, “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.” (Mat 25:21)