SAUH BAGI JIWA
“.. jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.” Matius 6:10b
“.. jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.” Matius 6:10b
Untuk bisa memahami perkataan “jadilah kehendak-Mu”, Tuhan Yesus telah memberikan teladan yang sempurna bagi kita. “Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.” (Luk. 22:42). Ini adalah doa Tuhan Yesus di Taman Getsemani menjelang penyaliban-Nya. Yesus tahu betapa berat penderitaan yang harus ditanggung-Nya. Di satu sisi, Tuhan Yesus merasa sangat gentar sehingga tidak ingin menjalani penderitaan salib ini. Ini adalah kehendak-Nya sebagai manusia. Tetapi di sisi lain, untuk bisa menyelesaikan misi-Nya menebus dosa manusia, Tuhan Yesus harus mati di atas kayu salib. Inilah kehendak Bapa.
Di taman Getsemani inilah Tuhan Yesus memohon kepada Bapa apabila Dia bisa lepas dari penderitaan tersebut, namun bukan menurut kehendak-Nya, melainkan kehendak Bapa. Dia memohon dengan sungguh-sungguh, bahkan sampai peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah. Walau demikian, Allah tetap menghendaki Yesus melalui semua penderitaan itu. Maka Tuhan Yesus pun tunduk dan menjalani semua penderitaan yang harus Ia tanggung.
Sebagai manusia, kita pun memiliki kehendak kita masing-masing. Banyak hal yang ingin kita lakukan dalam hidup ini. Kita berharap semua keinginan kita tersebut dapat terkabul. Dan kita pun berdoa memohon Tuhan agar menyertai dan berkenan atas segala rencana kita tersebut. Namun seperti yang tertulis dalam Yesaya 55:8, “Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN.”
Walaupun sepertinya yang kita inginkan dan rencanakan itu adalah hal yang baik menurut pandangan kita, namun belum tentu hal itu sesuai dengan kehendak Tuhan dan dikabulkan oleh-Nya. Ketika kita sakit, tentunya kita berdoa agar Tuhan memberikan kesembuhan. Kita pun berdoa untuk bisa lolos wawancara dan mendapatkan pekerjaan di perusahaan yang kita inginkan. Namun kadangkala Tuhan tidak mengabulkan permohonan kita dan memberikan jawaban yang kita tidak mengerti. Membuat kita harus menghadapi kesukaran demi kesukaran yang sepertinya tidak pernah berhenti. Sebagai orang yang beriman kepada Tuhan, kita percaya bahwa apapun yang terjadi atas diri kita, semuanya itu adalah rancangan Tuhan yang indah bagi kita. Seperti dikatakan oleh nabi Yeremia, “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.” (Yer. 29:11)
Rasul Paulus juga mengalami penderitaan yang ia sebut sebagai duri dalam daging. Dia pun memohon beberapa kali agar Tuhan menyingkirkannya. Tetapi Tuhan menjawab: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Dan Paulus dengan rendah hati tunduk pada kehendak Allah. Dia tidak menjadi marah ataupun kecewa, karena dia dapat memahami kehendak Allah yang indah di balik penderitaan yang harus ia tanggung, supaya ia terus bersandar Tuhan dan tidak meninggikan diri.
Menjalani kehidupan ini, menghadapi berbagai kesukaran hidup dan jalan yang tidak kita mengerti, biarlah kita boleh meneladani Tuhan Yesus dan juga rasul Paulus, yang menjalani hidup bukan atas kehendak mereka sendiri, tetapi membiarkan kehendak Allah yang terjadi di dalam kehidupannya.
Hari ini, marilah kita juga berkata dengan iman, “Jadilah kehendak-Mu.”
Haleluya!