SAUH BAGI JIWA
“Aku membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang datang kemudian dari padaku lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan kasut-Nya. Ia akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api”
“Aku membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang datang kemudian dari padaku lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan kasut-Nya. Ia akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api”
Setelah firman Allah datang kepada Yohanes Pembaptis di padang gurun, Yohanes mulai melakukan pelayanannya dengan berseru agar orang-orang bertobat dan menerima baptisan. Oleh sebab itu, orang-orang bertanya tentang Yohanes, kalau-kalau ia adalah Mesias. Yohanes berkata: “Aku bukan Mesias.” Orang-orang itu bertanya: Mengapa dia membaptis jikalau dia bukan Mesias, bukan Elia dan bukan nabi yang akan datang?
Yohanes menjawab mereka dengan berkata: “Aku membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang datang kemudian dari padaku lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan kasut-Nya. Ia akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api.” Yohanes juga menegaskan bahwa ia hanyalah suara yang berseru-seru di padang gurun.
Di dalam peristiwa ini, sikap Yohanes Pembaptis patut diteladani. Meskipun Yohanes Pembaptis telah menerima firman Allah secara langsung dan ada orang-orang di sekitarnya yang melihat dan mengira bahwa dia adalah Mesias, hal-hal tersebut tidaklah membuatnya lupa diri. Dia tahu betul siapa dirinya. Yohanes mengatakan “Aku bukan Mesias.” Ia tidak layak untuk melepaskan kasut Sang Mesias. Ia tidak lebih dari suara yang berseru; hanya suara yang tidak perlu menampakkan wajahnya.
Hari ini kita yang telah dipercayakan berbagai pelayanan oleh Tuhan Yesus hendaknya memiliki sikap hati yang sama seperti Yohanes Pembaptis. Saat memulai pelayanan, mungkin mudah bagi kita untuk bersikap rendah hati. Namun seiring berjalannya waktu, apakah kerendahan hati itu masih ada dan tetap sama seperti saat kita memulai pelayanan? Di dalam setiap pelayanan yang kita lakukan, kita harus senantiasa sadar bahwa kita bukanlah Mesias. Kita adalah hamba-Nya. Karena itu, kita tidak memiliki kuasa dan hak untuk mengambil kemuliaan-Nya. Tidak ada sesuatu pun yang dapat kita banggakan karena segala kemampuan, kekuatan dan kesempatan yang kita miliki itu berasal dari Tuhan Yesus.
Dengan senantiasa menyadari siapa sesungguhnya diri kita maka kita akan senantiasa rendah hati dan bersandar kepada Tuhan dalam setiap pelayanan yang kita lakukan. Ketika banyak orang memuji dan kagum kepada kita, kita harus berkata bahwa aku bukanlah Mesias. Artinya, segala hal ini terjadi bukan karena kita. Kita hanyalah suara atau alat yang dipakai Allah untuk menggenapi kehendak-Nya. Kita sesungguhnya adalah manusia yang tidak layak di hadapan Sang Mesias.