SAUH BAGI JIWA
“Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.”
“Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.”
Pada dasarnya, manusia ketika diperlakukan tidak adil akan berusaha melawan dan membalasnya. Ketika diserempet dan dimaki dengan kata-kata kasar, mereka akan menantang dan membalasnya dengan kata-kata yang lebih kasar. Ketika disakiti, manusia cenderung akan berpikir bagaimana caranya untuk membalasnya lebih sakit lagi. Tetapi di sini Tuhan Yesus mengatakan hal yang sangat berbeda, “Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.”
Memang pada zaman Musa, ada peraturan yang berbunyi, “mata ganti mata, gigi ganti gigi, tangan ganti tangan, kaki ganti kaki,” (Kel. 21:24) agar bangsa Israel menjaga dirinya dari perbuatan yang jahat, karena akan mendapatkan hukuman yang setimpal dengan perbuatannya.
Namun, Tuhan Yesus bukan hanya menginginkan kita agar tidak berbuat jahat, melainkan lebih daripada itu, agar kita bisa membalas kejahatan dengan kebaikan.
Hal inilah yang dilakukan oleh nabi Elisa. Ketika orang-orang Aram datang menyerang Israel, Elisa berdoa kepada Tuhan agar membutakan mata mereka. Lalu raja Israel bertanya kepada Elisa: “Kubunuhkah mereka, bapak?” Tetapi jawab Elisa: “Jangan! Biasakah kaubunuh yang kautawan dengan pedangmu dan dengan panahmu? Tetapi hidangkanlah makanan dan minuman di depan mereka, supaya mereka makan dan minum, lalu pulang kepada tuan mereka.” Disediakannyalah bagi mereka jamuan yang besar, maka makan dan minumlah mereka. Sesudah itu dibiarkannyalah mereka pulang kepada tuan mereka. Sejak itu tidak ada lagi gerombolan-gerombolan Aram memasuki negeri Israel.” (2 Raj.6:21-23)
Hal yang baik akan terjadi ketika kita membalas kejahatan dengan kebaikan. Jika kita membalas yang jahat dengan yang jahat, maka perselisihan hanya akan semakin sengit dan tidak akan pernah berakhir. Namun ketika kita dapat melakukan hal yang baik kepada orang yang berbuat jahat kepada kita, sesungguhnya kita sedang menimbun bara api di kepalanya. Dengan demikian dendam dan perseteruan akan berubah menjadi perdamaian dan kasih. Seperti yang dikatakan kitab Amsal, “Jikalau seterumu lapar, berilah dia makan roti, dan jikalau ia dahaga, berilah dia minum air. Karena engkau akan menimbun bara api di atas kepalanya, dan TUHAN akan membalas itu kepadamu.” (Amsal 25:21-22)
Oleh sebab itu, apabila kita mengalami penderitaan akibat ketidakadilan ataupun penindasan, maka kita sebagai anak-anak Allah tidak perlu membalasnya. Seperti teladan Tuhan Yesus, “Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil.” (1 Pet. 2:23)
Memang tidak mudah bagi kita untuk menjalankannya. Tetapi, apa yang telah Tuhan perintahkan ini adalah untuk memberikan sukacita, damai sejahtera, dan berkat bagi kita anak-anak-Nya. Karena itu, marilah kita berusaha sebaik-baiknya untuk membalas kejahatan dengan kebaikan. Haleluya!