SAUH BAGI JIWA
“…Perbaikilah retak-retaknya…” (Mazmur 60:4)
“…Perbaikilah retak-retaknya…” (Mazmur 60:4)
Pernahkah anda melihat seekor siput? Ada siput yang berjenis seukuran sebutir kelereng, yang umumnya dapat ditemukan pada tanaman berdaun besar dan lebar. Bagi orang yang suka berkebun atau para penggemar tanaman, siput seperti ini biasanya dianggap sebagai perusak daun, hama yang menjengkelkan, dan perusak keindahan taman.
Suatu ketika, ada seorang ibu sedang membersihkan kebunnya dari daun-daun kering dan hama perusak. Dengan cermat, sang ibu mengambil siput-siput yang menempel dan menghempaskan mereka begitu saja ke halaman kebunnya. Ketika sinar matahari semakin terik dan menyengat, siput-siput yang terhempas dengan rumah mereka yang retak dan pecah tadi mulai berkeliaran di halaman mencari perlindungan.
Menjelang sore, sudah tidak sedikit bangkai siput yang mengering bergelimpangan di halaman kebun. Tetapi, ada satu siput yang masih bertahan hidup. Dengan rumah yang telah pecah, siput ini dengan sekuat tenaga terus-menerus mengeluarkan lendir, menutupi celah-celah retakan. Dari dalam rumahnya, ia berusaha keras untuk menambali bagian yang retak.
Kehidupan kita pun tidak jauh berbeda dari siput dan rumahnya. Banyak hal yang dapat membuat diri kita menjadi rapuh. Ketika kita mengalami kekecewaan yang berubi-tubi, penderitaan, kepahitan hidup, mendengar perkataan yang menusuk hati, pengkhianatan yang tak berperasaan; hati kita serasa seperti terhempas ke tanah! Menjadi pecah dan retak! Apakah yang dapat kita lakukan di saat-saat yang demikian?
Sang pemazmur memberitahukan kepada kita bahwa hendaklah kita berdiam diri di hadapan Tuhan dan nantikanlah Dia (Mzm. 37:7). Berdiam diri. Tidak membalaskan kekesalan kita, melampiaskan rasa kecewa dan amarah yang kita alami kepada orang yang bersangkutan, ataupun berbalik merasa terpukul dan menyalahkan diri kita sendiri. Seperti siput yang berada di halaman kebun, berdiam diri sambil menambali retak rumahya dari dalam, kiranya kita juga dapat berdiam diri dan menantikan Tuhan. Seorang diri, berada di dalam ruangan yang tertutup, mengucurkan air mata kita sambil mencurahkan semua isi hati kita kepada Tuhan di dalam doa. “Sebab hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah” (Mzm. 51:19).
Sewaktu kita berdiam diri, pada saat itulah Tuhan yang kita nantikan akan menjawab kita. Sewaktu kita berdiam diri, secara perlahan Tuhan menambalkan luka hati kita. Sebab hanya Tuhanlah yang dapat menghibur hati kita dan menguatkan kita di dalam segala penderitaan yang kita alami. Oleh sebab itulah Tuhan memberikan kepada kita Roh Penghibur untuk membantu kita berdoa kepada Allah dengan “keluhan-keluhan yang tidak terucapkan” (Rm. 8:26). Apapun itu kepedihan, kesusahan dan kekecewaan yang kita alami, Tuhan mengetahui segalanya dan Ia tidak akan tinggal diam! Marilah kita bersama-sama belajar untuk berdiam diri dan menantikan penghiburan Tuhan. Sama seperti siput yang telah memperbaiki retak rumahnya dari dalam, biarlah kiranya Tuhan melapisi luka hati kita dengan penghiburan-Nya, menambali dan menutupi bekas-bekas luka tersebut sewaktu kita berdiam diri menantikan-Nya.