SAUH BAGI JIWA
“Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.” (Matius 5:48)
“Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.” (Matius 5:48)
Mungkinkah kita menjadi sempurna? Apakah kita harus sempurna seperti Bapa? Bukankah kesempurnaan itu adalah milik Allah? Mungkin ketika mendengar kata sempurna, pertanyaan-pertanyaan seperti ini terlintas di dalam benak kita. Apakah kita bisa dan memang harus menjadi sempurna seperti Tuhan?
Di dalam Matius 5:48, Tuhan Yesus memerintahkan kita untuk menjadi sempurna sama seperti Bapa di surga. Jadi, kesempurnaan itu bukanlah hal yang mustahil bagi kita. Kita percaya bahwa firman Tuhan itu ya dan amin.
Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Korintus juga menghendaki agar jemaat berusaha untuk menjadi sempurna, karena ia sendiri mengejar kesempurnaan (2 Kor. 13:11). Walaupun menyadari bahwa saat itu ia belum sempurna, namun Paulus terus mengejarnya agar bisa mencapai kesempurnaan (Flp. 3:12). Dengan demikian, kita pun harus berusaha agar menjadi sempurna.
Setelah kita mengetahui bahwa kita bisa dan bahkan harus menjadi sempurna, apa yang harus kita lakukan? Tuhan Yesus berkata kepada seorang muda yang kaya, “Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.” (Mat. 19:21) Artinya, kita harus mengasihi sesama, terutama mereka yang miskin dan berkekurangan. Kita rela mengorbankan harta milik kita untuk membantu mereka. Selain itu, dengan menjual segala milik kita, artinya kita rela melepaskan dunia. Kita lebih mengutamakan perkara-perkara rohani daripada segala sesuatu yang bersifat duniawi. Selain itu, perintah ini juga dimaksudkan untuk menguji seberapa besar ketaatan kita. Menjual harta untuk diberikan kepada orang lain bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Hanya jika kita sungguh-sungguh mengasihi Tuhan dan taat sepenuhnya, barulah kita bisa melakukannya.
Kita juga harus menjaga kekudusan. Ibrani 12:14b berkata, “Dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan.” Dari awal hingga akhir, Tuhan telah merancang agar kita bisa menjadi kudus. Ini dapat kita lihat di dalam Efesus 1:4: “Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya.” Kemudian di dalam
Menjadi sempurna memang tidaklah mudah, namun bukan berarti bahwa hal itu mustahil. Asalkan bersandar kepada Tuhan dan mau sungguh-sungguh belajar dan berusaha, kita pasti bisa. Paling tidak, kita harus bertekad bahwa hari ini kerohanian kita harus lebih baik daripada kemarin, dan besok harus lebih baik daripada hari ini. Marilah kita saling mendoakan agar kita bisa senantiasa mengejar kesempurnaan itu. “Kiranya Dia menguatkan hatimu, supaya tak bercacat dan kudus, di hadapan Allah dan Bapa kita pada waktu kedatangan Yesus, Tuhan kita, dengan semua orang kudus-Nya.” (1 Tes. 3:13)