SAUH BAGI JIWA
“Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia” (1 Korintus 15:58)
“Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia” (1 Korintus 15:58)
Di bagian taman belakang rumah, saya menanam beberapa pohon rembosa atau biasa dikenal sebagai tanaman hias melati Jakarta. Pohon rembosa ini merupakan salah satu jenis tanaman hias di rumah. Daunnya rimbun, berbunga putih kecil dengan bentuk seperti bintang.
Karena cuaca sangat panas dan jarang turun hujan, perlahan-lahan daunnya mulai mengering dan akhirnya yang tersisa pada pohon itu hanya ranting-rantingnya. Saya beranggapan, apabila sudah turun hujan dengan sendirinya pohon rembosa ini akan tumbuh kembali daunnya dan berbunga seperti biasanya.
Tapi selang beberapa minggu, beberapa rantingnya patah dan mulai berjatuhan ke tanah. Saya mencoba menyiram tanaman ini setiap hari dengan harapan agar dapat tumbuh kembali. Namun, saya menemukan bahwa bagian batangnya ternyata sudah melapuk. Tanaman ini sudah tidak dapat dilihat lagi keindahannya sebagai tanaman hias. Akhirnya, saya putuskan untuk mencabut dan membuang tanaman ini.
Hari ini, kehidupan rohani kita bagaikan pohon rembosa. Seperti halnya perubahan cuaca mempengaruhi pertumbuhan pohon, perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan kita dapat mempengaruhi kerajinan iman kerohanian.
Seringkali, kenyamanan hidup dan kenikmatan dunia mengendurkan kebiasaan kita dalam hal doa maupun mempelajari firman Tuhan. Tanpa sadar, lama-kelamaan kerajinan iman kerohanian kita mengendur bagaikan ranting pohon rembosa yang mengering dan akhirnya mati.
Saat daun-daun pohon rembosa mulai berguguran, itulah tanda bahwa pertumbuhan pohon tersebut di tahap yang mengkhawatirkan. Sama halnya, ketika kita mulai jarang, bahkan tidak lagi menghasilkan buah rohani, inilah sinyal bahwa kehidupan iman kerohanian kita mulai mengering.
Kita membutuhkan pupuk dan siraman air rohani dari Tuhan—kita membutuhkan siraman firman Tuhan dan Roh Kudus dalam hidup. Namun, kadangkala bukan karena Tuhan tidak menyirami kita, justru diri kita sendirilah yang mengabaikan bimbingan dan teguran dari Roh Kudus—sehingga pertumbuhan kerohanian kita tidak berkembang sebagaimana harusnya.
Apakah saat ini, kehidupan rohani kita bagaikan pohon yang tumbuh subur atau pohon yang sudah mulai mengering?
Jika kerajinan iman kerohanian kita mulai mengendur, apakah yang harus kita lakukan? Rasul Paulus di dalam suratnya kepada jemaat di Roma mengingatkan, “Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan” (Rm. 12:11).
Satu hal menarik dari nasehat rasul Paulus, yaitu keeratan hubungan antara kerajinan dengan roh yang menyala dan pelayanan. Dengan kata lain, ketiga hal tersebut memiliki keterkaitan satu dengan yang lain. Saat semangat dalam kerohanian kita sudah tidak lagi menyala-nyala dan tidak lagi melakukan tugas pelayanan bagi gereja-Nya, saat itulah kerajinan kerohanian kita akan mengendur. Sebaliknya, ketika kita tetap bersemangat dalam Tuhan dan dalam pelayanan-Nya, kerajinan iman kita akan tetap berjalan.
Mengapa kita perlu menjaga kerajinan iman kerohanian kita? Rasul Paulus menegaskan bahwa jerih lelah persekutuan kita dengan Tuhan tidak akan sia-sia. Dengan kata lain, Tuhan akan menjanjikan kehidupan rohani yang berlimpah bagi umat-Nya yang setia dan yang selalu bergiat dalam pekerjaan-Nya—bagaikan pohon yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya dan yang tidak layu daunnya; sehingga apa saja yang diperbuatnya berhasil.