SAUH BAGI JIWA
“Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat”
“Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat”
Iman adalah mata yang melihat Allah, betapapun alam gelap gulita. Iman adalah tangan yang dapat memegang Dia pada jalan curam dan berbahaya. Iman adalah hati yang penuh sukacita menerima janji Allah menjadi nyata. Iman adalah telinga yang dapat terbuka, mendengar suara-Nya dan berbicara kepada-Nya.
Iman menolak untuk meragukan Dia, meski banyak orang yang takut di sekitar kita.Iman percaya akan firman-Nya dan menyadari Allah dekat dengan kita. Iman adalah mata yang melihat kebesaran Allah, walau di malam yang gelap. Iman adalah tangan yang memegang dan menuntun kita ke jalan yang benar.
Ini adalah lirik sebuah lagu rohani yang menggambarkan tentang iman. Dapat disimpulkan bahwa iman adalah keyakinan dan pengharapan kita yang teguh pada janji Allah. Walaupun kita belum melihat apa yang kita harapkan itu terjadi, kita sudah percaya sepenuhnya. Oleh karena itu, iman sejati timbul ketika kita memiliki pengenalan yang mendalam tentang Allah. Semakin kita mengenal Allah, kita akan semakin memahami siapa Allah itu sesungguhnya dan sifat-sifatNya. Dengan demikian, barulah kita dapat mempercayai Dia sepenuhnya.
Daud adalah seorang tokoh di dalam Alkitab yang memiliki iman yang sangat baik, bahkan sejak ia masih muda. Kita dapat melihat kebesaran imannya ketika menghadapi Goliat. Goliat adalah seorang pendekar dari tentara orang Filistin. Tingginya enam hasta sejengkal (kira-kira 3,2 meter). Dia memakai ketopong tembaga dan baju zirah bersisik yang beratnya lima ribu syikal tembaga, hampir mencapai 57 kilogram. Dia juga memakai penutup kaki dari tembaga dan memanggul lembing tembaga. Gagang tombaknya seperti pesa tukang tenun dan mata tombaknya seberat enam ratus syikal besi. Dengan perawakan demikian, Goliat membuat barisan Israel sangat ketakutan. Ketika Goliat menantang untuk berperang satu lawan satu, tidak ada seorang pun dari barisan Israel yang berani maju.
Tetapi bagaimana reaksi Daud ketika melihat dan mendengar perkataan Goliat? Daud tidak takut. Sebaliknya dia berkata, “Siapakah orang Filistin yang tak bersunat ini, sampai berani mencemooh barisan daripada Allah yang hidup?” Daud berani terhadap Goliat karena dia beriman bahwa Allah yang telah melepaskannya dari cakar singa dan cakar beruang pasti akan melepaskannya dari tangan orang Filistin itu. Daud juga hanya membawa perlengkapan dan senjata seadanya, yaitu lima batu licin, umban, dan tongkatnya. Daud yakin jika Allah menyertainya, dia akan memenangkan peperangan itu, apa pun senjata yang dipakainya. Kita tahu bahwa Daud berhasil mengalahkan Goliat hanya dengan sebuah batu! Suatu hal yang kedengarannya sangat mustahil. Namun, bagi Allah tidak ada sesuatu pun yang mustahil. Asalkan kita percaya, hal itu akan terjadi pada kita.
Goliat melambangkan masalah-masalah yang kita hadapi dalam kehidupan ini. Seringkali sama seperti barisan Israel yang takut menghadapi Goliat, kita pun seringkali takut menghadapi masalah besar. Jika kita mengandalkan kekuatan kita sendiri mungkin kita akan kewalahan atau kalah. Tetapi jika kita menghadapi masalah seperti Daud, kita akan menang sebab kita tidak menghadapinya sendirian. Ada Tuhan di sisi kita. Bersama Tuhan, kita pasti akan bisa menyelesaikan masalah, sekalipun hal itu nampaknya mustahil. Pilihan ada di tangan kita. Apakah kita mau menyerah sebelum berperang atau mau menghadapinya dengan iman bersama Tuhan?