SAUH BAGI JIWA
“Sesungguhnya, orang bodoh dibunuh oleh sakit hati, dan orang bebal dimatikan oleh iri hati”
(Ayub 5:2)
“Sesungguhnya, orang bodoh dibunuh oleh sakit hati, dan orang bebal dimatikan oleh iri hati”
(Ayub 5:2)
Suatu hari ketika Saul dan Daud kembali sesudah mengalahkan orang Filistin, keluarlah perempuan-perempuan dari segala kota Israel menyongsong mereka sambil berkata, “Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa.” Inilah penyebab kebencian Saul terhadap Daud. Sejak saat itu Saul selalu merancangkan hal yang jahat kepada Daud. Ketika Daud sedang bermain kecapi di rumah Saul, dia melemparkan tombak ke arah Daud. Kemudian Saul sengaja mengangkat Daud menjadi kepala pasukan seribu dengan maksud membuat Daud mati di medan perang. Saul juga bermaksud menjatuhkan Daud dengan menyuruhnya melawan orang Filistin disertai janji untuk menjadikan Daud sebagai menantunya. Sejak Saul membenci Daud, dia selalu berikhtiar membunuh Daud sehingga menyebabkan Daud hidup dalam pelarian untuk waktu yang lama.
Pada awalnya Saul bukanlah orang yang jahat. Ketika ada orang-orang dursila yang menghina dia dan tidak membawa persembahan baginya, Saul tidak marah. Lalu ketika bangsa Israel marah dan ingin membunuh orang-orang yang mulanya meragukan kemampuan Saul untuk menyelamatkan Yabesh Gilead, Saul melarangnya. Mulanya Saul juga mengasihi Daud. Ia bahkan mengangkat Daud menjadi kepala prajurit.
Dulu Saul memiliki hati yang baik dan penuh belas kasihan. Tetapi sekarang hatinya dikuasai oleh roh jahat. Semua itu akibat kecemburuan dan iri hatinya terhadap Daud yang selalu berhasil dalam segala yang dilakukannya dan dikasihi oleh rakyat. Saul beranggapan sebagai seorang raja, sudah seharusnya dia menjadi orang nomor satu. Tidak boleh ada orang lain yang melebihi dia. Karena itu, ketika orang-orang memuji Daud lebih daripada dirinya, Saul merasa tidak suka dan marah. Pemikiran untuk dinomorsatukan seperti itulah yang telah merusak Saul. Rasa iri telah membengkokkan hatinya dan membuat pikirannya dikuasai Iblis sehingga dia selalu merancangkan hal-hal yang jahat kepada Daud.
Di sini kita melihat betapa mengerikan akibat dari perasaan benci dan iri hati itu. Rasa benci dan iri hati membawa Saul kepada kehancuran, telah mengubahnya menjadi seorang yang jahat dan tidak berbelas kasihan. Namun dia tidak menghiraukan hal lain. Dia juga tidak memikirkan akibat dan dosa dari apa yang telah dan akan dilakukannya. Fokus hidupnya hanya untuk membinasakan Daud. Tanpa sadar, Saul telah dimanfaatkan oleh Iblis.
Hendaknya hal ini dapat menjadi pelajaran bagi kita semua. Janganlah iri terhadap orang-orang yang memiliki kelebihan dibandingkan kita. Baik itu dalam perkara-perkara duniawi, seperti lebih pintar, lebih kaya, lebih cantik, maupun dalam perkara-perkara rohani, seperti lebih berhikmat, lebih saleh, maupun lebih bertalenta. Tuhan menjadikan setiap orang berbeda-beda. Ia juga memberikan karunia yang berlainan kepada setiap orang. Kita harus belajar menerima apa pun yang telah diberikan Tuhan kepada kita, sebab Dia tahu yang terbaik bagi kita. Ingatlah, menguasai hati dan pikiran itu sangat penting karena akan menentukan langkah dan tindakan kita. Peliharalah hati dan pikiran kita agar bersih senantiasa. Waspadalah! Jangan berikan kesempatan kepada Iblis. Jangan sampai kita binasa seperti Saul karena mengizinkan iblis masuk dan menguasai hati dan pikirannya.