SAUH BAGI JIWA
“Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan”
“Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan”
Hampir setiap tahunnya, banyak negara memiliki masalah yang serupa, yaitu jurang antara yang kaya dan yang miskin semakin lebar. Dengan kata lain, orang-orang kaya hidup dalam dunia kekayaan mereka. Sedangkan orang-orang miskin, hidup dalam dunia kemiskinan mereka. Kedua dunia tersebut tetap terpisah dan tidak saling membaur. Inilah masalah yang terus terjadi dalam kehidupan manusia di dunia.
Namun, dalam kehidupan rohani, firman Tuhan berkata, “…setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.” Pintu akan dibukakan bagi siapa saja yang mengetuk. Janji yang diberikan Tuhan tersebut sangatlah berharga. Asalkan kita meminta kepada-Nya, maka Ia akan memberikan. Jika kita mencari-Nya, maka kita akan mendapati; dan jika kita mengetuk, maka Ia akan membukakan pintu bagi kita.
Sungguh besar kasih Tuhan kepada umat manusia. Tuhan adalah Pencipta alam semesta yang begitu luas, apakah artinya kita seorang manusia dibandingkan dengan seluruh ciptaan-Nya? Nabi Yesaya pernah menegaskan bahwa manusia bagaikan debu di hadapan Tuhan. Saat angin bertiup di jalanan, banyak sekali debu berterbangan di udara. Dapatkah kita melihatnya satu per satu? Begitu kecil debu itu sehingga seringkali sulit untuk dapat dilihat secara kasat mata.
Demikian pula halnya diri kita. Mengapa Tuhan begitu memperhatikan kita yang begitu kecil dan tak berarti bagaikan debu? Karena Tuhan telah memberikan hak istimewa kepada kita. Tuhan mau menjadikan kita sebagai anak-anak-Nya.
Umumnya, para orangtua akan bekerja keras bukan hanya untuk mencari nafkah tetapi demi memberikan masa depan yang lebih baik bagi anak-anak mereka—baik kebutuhan jasmani maupun untuk pendidikan mereka. Seluruhnya diberikan karena rasa kasih sayang orangtua kepada anaknya.
Penulis Injil Lukas menggambarkan bagaimana Tuhan dengan kasih-Nya memberikan hak istimewa kepada anak-anak-Nya, “Bapa manakah di antara kamu, jika anaknya minta ikan dari padanya, akan memberikan ular kepada anaknya itu ganti ikan? Atau, jika ia minta telur, akan memberikan kepadanya kalajengking? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya” (Lukas 11:11-13).
Ayat-ayat tersebut memberikan suatu gambaran yang kontras, yaitu: Orangtua yang jahat, yaitu yang secara moral dan dalam konteks sosial perbuatannya jahat. Meskipun ia jahat, sebagai orangtua yang mengasihi anak-anaknya, ia akan memberikan pemberian yang baik. Apalagi Bapa kita di sorga, yang begitu baik dan mengasihi anak-anak-Nya, Ia akan memberikan pemberian baik yang tidak dapat dibandingkan dengan orangtua manapun di dunia!
Marilah kita berbalik, mencari orangtua sorgawi kita—Bapa di sorga. Ia sudah memberikan sebuah hak istimewa bagi kita, yaitu menjadikan kita sebagai anak-anak-Nya saat kita dilahirkan kembali dalam Tuhan. Bahkan, Ia menjanjikan sebuah pemberian baik—yaitu Roh Kudus kepada siapapun yang meminta-Nya. Dan melalui Roh Kudus-Nya, kita dimeteraikan untuk dapat masuk ke dalam Kerajaan Surga bersama-sama dengan-Nya kelak.