SAUH BAGI JIWA
“Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya”
“Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya”
Ketika Tuhan Yesus berumur 12 tahun, Injil Lukas mencatatkan bahwa Ia bertambah besar, yang artinya: Secara fisik Ia bertambah tinggi dan secara rohani Ia semakin bijaksana.
Penulis Injil Lukas menjelaskan, “Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia” (Luk. 2:52). Dengan kata lain, semakin bertumbuh usia-Nya, Yesus semakin bertambah hikmat-Nya dan semakin dikasihi Allah dan manusia.
Bagaimana dengan kita pada hari ini? Secara fisik tentunya kita akan bertambah tua. Namun, bagaimana dengan jati diri kita? Apakah ia juga semakin bertambah hikmatnya?
Secara rohani, saat seseorang bertumbuh dewasa, maka ia akan penuh dengan hikmat. Ia akan mengerti kehendak Tuhan dan mengetahui apa yang Tuhan inginkan dalam kehidupannya. Hikmat akan bertumbuh seiring dengan semakin dewasanya seseorang.
Ketika seseorang dipenuhi oleh hikmat Allah, ia akan melakukan kehendak-Nya dan ia akan dikasihi oleh Allah. Inilah yang ingin kita kejar, sehingga kita dapat menjadi anak yang dikasihi-Nya; sehingga karunia Allah berada di atas kita dan tidak ada lagi ketakutan maupun kekuatiran dalam perjalanan iman.
Namun, dipenuhi oleh hikmat Allah dan karunia-Nya, bukan berarti hidup kita bebas dari penderitaan dan kesusahan.
“Beban yang ditanggungkan atas kami adalah begitu besar dan begitu berat, sehingga kami telah putus asa juga akan hidup kami. Bahkan kami merasa, seolah-olah kami telah dijatuhi hukuman mati. Tetapi hal itu terjadi, supaya kami jangan menaruh kepercayaan pada diri kami sendiri, tetapi hanya kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati,” demikianlah curahan hati rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Korintus (2 Kor. 1:8-9).
Dalam pelayanannya, seringkali rasul Paulus hampir mati beberapa kali. Saat sedang menuliskan surat Filipi di dalam penjara, ia pun berpikir bahwa ia akan segera mati. Pernah suatu kali, saat ia sedang menyampaikan firman Tuhan, ia dilempari oleh batu dan orang-orang mengira ia sudah mati; sehingga ia diseret keluar dari kota.
Dari curahan hati rasul Paulus di surat Korintus, kita dapat mengetahui bagaimana berat dan besarnya penderitaan yang harus ditanggung oleh rasul Paulus—bahkan ia pernah merasa putus asa akan hidupnya.
Meskipun seolah-olah ia merasa bahwa ia telah dijatuhi hukuman mati, Tuhan masih memelihara hidupnya. Mengapa demikian? Sebab masih banyak pekerjaan Tuhan yang harus dilakukan, sehingga Tuhan meluputkan ancaman tersebut.
Meskipun Tuhan menjaga hidup kita, tentu saja kita tidak boleh mencobai Tuhan dan tetap harus menjaga serta memelihara kesehatan diri kita. Namun, perlu kita camkan bahwa Tuhan-lah yang memegang dan menentukan masa hidup kita.
Jika Tuhan belum berkehendak untuk memanggil kita pulang, maka sakit-penyakit, kecelakaan ataupun bencana lainnya akan dapat dilewati—sebab Tuhan masih berkehendak untuk kita melayani-Nya dan melakukan berbagai macam pekerjaan-Nya.
Meskipun usia fisik menua, rambut hitam menjadi putih, kekuatan fisik mulai menurun; bagi Tuhan tiada yang mustahil, karena Ia yang akan memberikan kita kekuatan serta memampukan kita untuk meneruskan pekerjaan yang perlu kita lakukan.
Kiranya semakin bertambahnya usia, kedewasaan rohani kita juga semakin bertumbuh, agar kita dapat lebih memahami kehendak-Nya dan melakukan pekerjaan-Nya sampai kedatangan-Nya yang kedua kali.