SAUH BAGI JIWA
“Dan tidak usah lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya dengan mengatakan: Kenallah TUHAN! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku, demikianlah firman TUHAN, sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka.“ (Yeremia 31:34)
“Dan tidak usah lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya dengan mengatakan: Kenallah TUHAN! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku, demikianlah firman TUHAN, sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka.“ (Yeremia 31:34)
Ada seorang saudara sewaktu kecil mengalami tragedi rumah tangga yang meninggalkan bayangan kelabu dalam hidupnya. Pertengkaran orang tuanya yang disertai dengan suara teriakan, kata-kata kasar serta suara bantingan piring sudah menjadi menu sehari-hari. Hubungan yang awalnya harmonis, telah berubah total menjadi hubungan yang saling tidak mau memaafkan dan hubungan yang terus mengungkit-ungkit kesalahan masa lalu.
Dalam setiap pernikahan pasti ada masalah, tidak mungkin mulus-mulus saja. Baik suami maupun istri pasti mempunyai cerita masa lalu, ada sederet kesalahan yang dilakukan di masa lalu. Pertengkaran yang timbul di dalam setiap pernikahan banyak yang diakibatkan karena kesalahan masa lalu, ini menjadi sebuah ancaman dalam pernikahan.
Setiap manusia mempunyai masa lalu dan kesalahan. Itu lah kehidupan manusia, tidak dapat dihindari. Sejak manusia jatuh ke dalam dosa, berbagai masalah muncul, tidak terkecuali keluarga Adam dan Hawa. Kita membutuhkan kunci untuk mengatasi isu yang ada di dalam pernikahan yaitu mengampuni tanpa syarat.
Mudah memaafkan tetapi sulit melupakan. Itulah yang sering terjadi, bahkan kita sering mendengar kata-kata,” Baiklah aku akan memaafkan semua perbuatanmu, tetapi aku tidak akan melupakan apa yang telah terjadi hari ini!”
Memaafkan berarti kita mengampuni kesalahan seseorang dan tidak menghukumnya. Saat kita memaafkan seseorang seharusnya kita tidak mendendam lagi apa yang pernah diperbuatnya terhadap diri kita. Kita tidak mengungkit-ungkit lagi kesalahan-kesalahan yang sudah pernah diperbuatnya baik sekarang ataupun di masa yang akan datang. Mengampuni berarti kita tidak lagi menyimpan hal-hal di atas dalam hati dan pikiran kita.
Dalam Injil Matius 6:12, Tuhan Yesus mengajarkan, “Dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami. Jika kita tidak mengampuni bagaimana dosa dan pelanggaran kita juga akan diampuni oleh Bapa yang di sorga? Tuhan meminta kita untuk mengampuni sebagaimana Ia telah mengampuni semua dosa dan kesalahan-kesalahan kita.
Salah satu karakteristik dari KASIH adalah pengampunan, tidak menyimpan kesalahan orang lain. Tuhan menginginkan setiap anak-anak-Nya mempunyai kasih, terlebih lagi pasangan suami istri. Saling mengasihi, karena adalah satu tubuh. Tidak ada lagi keegoisan pribadi. Harus sejalan seirama di dalam Tuhan.
Kawan, kita harus menerima setiap kelebihan dan kekurangan pasangan hidup kita, seperti Kristus yang menerima kita dan mengampuni dosa kita. Suami isteri harus saling mengasihi, karena Kristus juga mengasihi kita. Ingatlah, bahwa tidak ada kesalahan yang begitu besar yang tidak dapat diampuni, bahkan Tuhan Yesus saat di kayu salib berdoa dan memohon pengampunan bagi mereka yang menyalibkan-Nya, inilah kasih Tuhan bagi manusia.
Kawan, mengampuni tanpa syarat bukan seperti layaknya hilang ingatan, seolah-olah kesalahan pasangan tidak pernah terjadi. Namun, pengampunan tak bersyarat berarti kita berusaha untuk tidak lagi menyimpan rasa dendam di hati, serta tidak lagi mengungkit-ungkit kesalahannya di saat kesempatan untuk melakukannya mencuat.
Kita juga sebagai anak-anak Tuhan, harus memiliki kasih, pengampunan kepada sesama kita, terutama kepada pasangan hidup kita, seperti yang diperintahkan Tuhan, kasihilah sesamamu manusia.