SAUH BAGI JIWA
“Terimalah…pedang Roh, yaitu firman Allah” (Efesus 6:17)
“Terimalah…pedang Roh, yaitu firman Allah” (Efesus 6:17)
Perisai digunakan untuk melindungi, sementara pedang berfungsi untuk menyerang musuh. Bila seorang prajurit mempunyai pedang, tetapi tidak punya perisai, ia hanya dapat menyerang. Bila seorang prajurit mempunyai perisai tetapi tidak punya pedang, prajurit itu akan selalu diserang. Bagaimana seorang prajurit Kristus dapat mengalahkan musuh rohani dengan cara ini? Hanya dengan mempunyai kedua-duanya, seorang Kristen dapat menyerang sekaligus bertahan di waktu yang sama – berperang dengan tenaga penuh dan menuju kemenangan.
Pedang Roh Kudus adalah Firman Allah. Alkitab mencatat, “Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.” (Ibr. 4:12). Kita harus mengalahkan Iblis melalui darah Domba dan kebenaran yang diberitakan oleh Tuhan Yesus. Iblis takut dengan kebenaran, bukan dengan hikmat manusia.
Orang yang sudah lama percaya – yang datang di setiap kebaktian dan mendengarkan firman kebenaran – seringkali dianggap sebagai umat percaya yang teladan. Namun seringkali mereka yang telah lama percaya, memang mengerti kebenaran, tetapi hanya menyimpannya di dalam hati – maksudnya, mereka jarang atau bahkan tidak pernah melakukan kebenaran ini dalam kehidupan mereka. Haruskah umat percaya hanya menjadi jemaat “klub pendengar” seumur hidupnya? Kita harus bertanya pada diri sendiri bagaimana caranya kita dapat tumbuh dan menjadi dewasa. Kita harus menemukan sekali lagi bagaimana kita dapat mengalahkan Iblis.
Mempelajari firman Allah menuntut kita untuk meyakini firman itu dan mempelajarinya dengan mendengar dan bertanya – seperti yang dilakukan Yesus di bait Allah. Selama ibadah di gereja, kita hanya dapat mendengar saja. Karena itulah bila sebuah gereja tidak pernah mengadakan acara pemahaman alkitab atau sesi tanya jawab kebenaran, umat percaya akan terus menerus menjadi “anak-anak” yang belum putus susu hingga akhir hidupnya.
Mari kita memohon kepada Allah untuk membuka mata hati kita untuk menyadari ketidakdewasaan kita sebagai pengikut Kristus. Kita harus mengenali dan mempunyai pandangan menuju pelayanan di gereja kita masing-masing. Kita berharap Roh Kudus mengilhami kita untuk meneliti Alkitab dengan penuh semangat dan mengerti kebenaran-kebenaran Allah. Kita harus pergi melampaui pengetahuan kebenaran dasar dan tumbuh dewasa. Sebagai orang Kristen, kita harus berdiri teguh dengan perisai iman dan pedang Roh Kudus, karena hanya dengan demikianlah kita dapat mengalahkan Iblis dan menumbuhkan injil ke orang-orang di sekeliling kita.