SAUH BAGI JIWA
“Saul mengatakan kepada Yonatan, anaknya, dan kepada semua pegawainya, bahwa Daud harus dibunuh. Tetapi Yonatan, anak Saul, sangat suka kepada Daud.” (1Sam. 19:1)
“Saul mengatakan kepada Yonatan, anaknya, dan kepada semua pegawainya, bahwa Daud harus dibunuh. Tetapi Yonatan, anak Saul, sangat suka kepada Daud.” (1Sam. 19:1)
Hati Yonatan indah seperti malaikat! Walaupun Daud menjadi ancaman atas kedudukannya sebagai putera mahkota, Yonatan sama sekali tidak dengki dan tidak memusuhinya. Sebaliknya, Yonatan berkali-kali menyelamatkan Daud dari bahaya.
Yonatan sendiri adalah seorang pahlawan. Sebelum Daud terjun ke medan perang, Yonatan sudah memperlihatkan kecerdasan dan keberaniannya di bidang militer yang tidak kalah dengan Daud. Namun sejak Daud membunuh Goliat dan berdiri di depan Saul memperkenalkan diri sambil memegang kepala Goliat, berpadulah jiwa Yonatan dengan jiwa Daud, dan Yonatan mengasihi dia seperti jiwanya sendiri. Yonatan bahkan menanggalkan jubah yang dipakainya dan memberikannya kepada Daud. Juga baju perangnya, sampai pedangnya, panahnya, dan ikat pinggangnya.
Sebaliknya, Saul tidak memiliki hati yang indah seperti Yonatan. Sejak dia menjadi gusar mendengar pujian perempuan-perempuan, Saul dengki terhadap Daud dan takut kedudukannya direbut oleh Daud. Tetapi hati Yonatan demikian indah, bukan saja tidak mengikuti ayahnya mengejar Daud, sebaliknya selalu membela Daud dan membantunya melarikan diri. Sikap tulus dan mulia Yonatan bukan saja nyata dalam persahabatannya dengan Daud, tetapi juga terlihat pada kepatuhannya kepada Allah. Yonatan tahu Allah sudah mengurapi Daud; dia tidak protes kepada Allah, taat sepenuhnya kepada Allah, dan bersyukur atas pengangkatan Daud sebagai raja.
Di zaman sekarang, mungkin sudah jarang ada orang yang berhati seindah dan selapang Yonatan. Realita hidup di dalam dunia karir, apabila muncul kesempatan naik jabatan walaupun tidak terlalu tinggi, semua karyawan sudah bersaling ketat untuk mendapatkannya. Apalagi jabatan sebagai raja yang paling berkuasa, persaingan yang terjadi bisa mencapai tingkat hidup-mati. Tetapi Yonatan malah mengalah karena taat kepada Allah. Sikapnya ini sungguh mulia dan patut dipuji!
Bahkan, Yonatan pun kemudian memohon kepada Daud, apabila kelak Daud menjadi raja, kiranya dapat mengangkatnya menjadi orang kedua di bawah Daud. Pada waktu Yonatan adalah putera mahkota yang dipersiapkan untuk menjadi raja. Tetapi Yonatan merendahkan dirinya sedemikian rupa kepada Daud, seorang pelarian yang dikejar-kejar untuk dibunuh, sampai-sampai dia mengikat perjanjian dan berharap agar Daud mau memperlakukan keturunannya dengan baik. Sikap Yonatan yang taat pada kehendak Allah tanpa ada dengki, patut menjadi teladan bagi umat Kristen hari ini.
Yonatan tetap setia dan taat kepada Allah, walaupun Allah mengambil kedudukannya sebagai raja, sesuatu yang berharga, kepada Daud. Yonatan bukanlah orang yang lemah, tetapi adalah pahlawan yang cerdik dan gagah perkasa. Kita yakin hati Yonatan yang indah ini dihargai oleh Allah dan dmuliakan di kerajaan surga.
Masalah terbesar manusia adalah masalah hati, karena itu Alkitab mengatakan: “Orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota.” (Ams. 16:32) Seorang yang mampu menguasai dirinya untuk tidak iri hati dan tidak mencelakai orang lain adalah orang yang lebih berharga dari orang yang merebut kota!