SAUH BAGI JIWA
“Kemudian, ketika Yesus pergi ke luar, Ia melihat seorang pemungut cukai, yang bernama Lewi, sedang duduk di rumah cukai. Yesus berkata kepadanya: “Ikutlah Aku!” Maka berdirilah Lewi dan meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Dia.” (Luk. 5:27-28)
“Kemudian, ketika Yesus pergi ke luar, Ia melihat seorang pemungut cukai, yang bernama Lewi, sedang duduk di rumah cukai. Yesus berkata kepadanya: “Ikutlah Aku!” Maka berdirilah Lewi dan meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Dia.” (Luk. 5:27-28)
Di masa Yesus, pemungut cukai adalah sekelompok orang Yahudi yang ditugaskan oleh pemerintahan Romawi untuk memungut pajak dari sesama orang-orang Yahudi. Dapat dibayangkan, posisi ini adalah pekerjaan yang rentan penyelewengan dan ditopang oleh kekuasaan, sehingga mudah sekali meraup uang bangsa Yahudi dengan menyalahgunakan kekuasaan. Karena itu, orang-orang Yahudi membenci pemungut cukai, memandang mereka sebagai orang-orang berdosa yang harus dijauhi.
Tetapi kita perlu melihat sikap pemungut cukai yang bernama Lewi, yang juga disebut Matius ini. Ketika Yesus memanggil dia, hanya dengan satu kalimat pendek: ‘Ikutlah Aku!’, dia langsung meninggalkan segala sesuatu mengikuti Tuhan. Betapa besar imannya! Tuhan tidak memperlihatkan mujizat apapun kepadanya, juga tidak memberitahu apa keuntungan bagi orang yang mengikuti Tuhan. Matius tidak bertanya, langsung taat dan mengikuti Tuhan.
Hari ini, kita hanya akan ganti profesi atau beralih pekerjaan ketika ada tawaran dengan gaji lebih besar, posisi lebih tinggi, kesejahteraan yang lebih baik. Tidak demikian dengan Matius! Dia sadar bila mengikuti Yesus, dia akan putus hubungan dengan keuntungan ekonomi dan kekuasaan dunia, dan akan banyak ditertawakan dan dihina oleh orang. Namun dia tetap memilih mengikuti Tuhan, karena mengerti nilai dari iman kepercayaan yang jauh lebih penting dari pada uang; kesudahan roh jauh lebih penting dari pada penghasilan; damai sejahtera jauh lebih penting dari pada kekuasaan.
Setelah Lewi mengikuti Tuhan, dia lalu mengadakan perjamuan besar untuk Tuhan di rumahnya dan sejumlah besar orang turut makan bersama-sama. Lewi tidak sembunyi-sembunyi mengikuti Tuhan, dia tidak takut diketahui orang, maka dia dengan gembira menyambut dan melayani Juruselamat yang dia ikuti. Dia tidak peduli pandangan orang kepadanya. Sebaliknya dia mau berbagi sukacitanya karena mengikuti Tuhan kepada orang lain, sekalipun yang turut makan pun hanyalah sesama pemungut cukai yang dibenci oleh orang.
Hari ini banyak orang percaya kepada Tuhan secara pasif dan karena terpaksa. Ada perasaan ragu, curiga, sedih, tidak rela, asal-asalan, masa bodoh, tidak serius, dan sebagainya. Tetapi Lewi mengikuti Tuhan dengan sukarela, bukan karena ada tujuan terselubung, dan dia berani meninggalkan segala sesuatu untuk mengikuti Tuhan.
Seorang yang sebelumnya hanya melihat uang dan kekuasaan, oleh satu panggilan Tuhan saja tanpa ragu atau menyesal meninggalkan segala sesuatu miliknya mengikuti Tuhan. Ini adalah mujizat amat besar yang sangat mengharukan! Kita sebagai anak-anak Allah, bila tidak mau ikut memikul salib, selalu menolak pekerjaan kudus, tidak mau mengorbankan sedikit waktu dan kekuatan untuk melayani Tuhan, tidakkah merasa malu bila dibandingkan dengan Lewi, si pemungut cukai ini, yang meninggalkan segala sesuatu untuk mengikuti Tuhan?
“Phoenicurus ochruros” by xulescu_g is licensed under CC BY-SA
“Phoenicurus ochruros” by xulescu_g is licensed under CC BY-SA
“Onondaga Falls” by Bold Frontiers is licensed under CC BY