SAUH BAGI JIWA
“Jiwaku mengharapkan Tuhan lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi, lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi.” (Mzm. 130:6)
“Jiwaku mengharapkan Tuhan lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi, lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi.” (Mzm. 130:6)
Tuhan sering ‘menunda’ dalam menanggapi doa kita, karena ini adalah cara terbaik untuk melatih iman kita. Di waktu kita bersungut kepada-Nya karena lama menunggu, kita seharusnya ingat betapa sabarnya Tuhan atas seruan ketidakberimanan kita yang sangat menyakitkan hati-Nya.
Jarang terpikir oleh kita, akan penderitaan Tuhan yang berhati sebagai Bapa, sungguh penderitaan yang tak tertahankan. Seperti ketika anak kita tak henti-hentinya mengetuk pintu meminta kita membukakannya. Karena anak masih belum matang beriman dan menyelesaikan proses pembentukan iman, maka walaupun sesungguhnya kita ingin menolongnya, tetapi kita menahan hati yang penuh kasih ini dan tidak menolongnya membuka pintu. Inilah sakkit hati yang dirasakan oleh Tuhan mendengar permohonan kita.
Ketika kita teringat saat kita terus berseru kepada Tuhan,”Mengapa Engkau berdiri jauh-jauh, ya TUHAN, dan menyembunyikan diri-Mu dalam waktu-waktu kesesakan?” (Mzm. 10:1), “Berapa lama lagi, ya TUHAN, Engkau bersembunyi terus-menerus, berkobar-kobar murka-Mu laksana api?” (Mzm. 89:46). Maka betapa sulitnya hati Tuhan, betapa bergumulnya hati Tuhan!
Banyak jemaat awal yang dalam waktu cukup lama bertahan dengan setia menanti Tuhan menjawab doa mereka. Ini merupakan hal yang sangat sulit. Penundaan Tuhan dalam menjawab permohonan mereka, bukan berarti doa mereka tidak diterima, juga bukan berarti mereka kurang bersungguh-sungguh dalam berdoa. Hanya saja Tuhan mau tidak mau menggunakan cara ini untuk melatih iman mereka.
Kiranya kita percaya bahwa tidak ada satu pun doa yang sia-sia, tidak ada satu pun permohonan yang percuma, tidak ada satu tetes air mata pun yang mengalir sia-sia, tidak ada satu seruan pun yang lenyap. Jika doa kita sesuai dengan kehendak Tuhan, maka Tuhan tidak pernah abai untuk mengabulkannya. Kita merasa banyak doa kita yang tidak dihiraukan atau ditolak oleh Tuhan, itu semua adalah perasaan kita yang salah akibat lemahnya iman kita. Sesungguhnya Tuhan hanya menunda.
Tuhan seringkali menunda janji-Nya, menunda pertolongan-Nya, untuk melatih ketekunan kita dalam berdoa. Setiap orang yang pernah dilatih oleh Tuhan tahu bahwa pedang tajam seorang laskar Kristus, bukanlah hasil terpaan kemalasan. Perisai seorang laskar Kristus bukanlah hasil dari kenyamanan. Karena “kesukaran” adalah harga mahkota, dan “penderitan” adalah jalan yang harus ditempuh untuk mencapai kemenangan.
“Aku menanti-nantikan TUHAN, jiwaku menanti-nanti, dan aku mengharapkan firman-Nya.” (Mzm. 130:5). Kiranya kita belajar untuk menanti Tuhan dengan sabar! Kiranya kita menanti Tuhan untuk mengabulkan doa kita sesuai dengan kehendak-Nya, pengaturan-Nya, dan rencana-Nya.
Jemaat awal pernah menanti Tuhan, jiwa mereka mengharapkan Tuhan lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi. Sungguh merupakan penantian yang mengharukan kita!