SAUH BAGI JIWA
“Lalu kata mereka kepada raja: “Daniel, salah seorang buangan dari Yehuda, tidak mengindahkan tuanku, ya raja, dan tidak mengindahkan larangan yang tuanku keluarkan, tetapi tiga kali sehari ia mengucapkan doanya.”” (Dan. 6:14)
“Lalu kata mereka kepada raja: “Daniel, salah seorang buangan dari Yehuda, tidak mengindahkan tuanku, ya raja, dan tidak mengindahkan larangan yang tuanku keluarkan, tetapi tiga kali sehari ia mengucapkan doanya.”” (Dan. 6:14)
Di zaman informasi saat ini, kita semakin jarang meluangkan waktu untuk menyempurnakan rohani. Waktu, pikiran, dan usaha kita dalam perkara-perkara rohani semakin sedikit. Sebaliknya, kita lebih banyak menggunakan waktu kita yang terbatas untuk bermain telepon genggam, bekerja, makan-makan, beristirahat dan rekreasi. Berdoa dan bersekutu dengan Allah hanyalah selingan apabila kita masih sempat dan niat; ada boleh, tidak ada ya sudah. Waktu doa kita terus tergeser oleh urusan-urusan lain. Bukannya kita tidak tahu pentingnya doa, tetapi sifat malas membuat kita tidak serius melakukannya.
Daniel memelihara sikap doa yang sangat berbeda dengan kita saat ini. Demi berdoa dan bersekutu dengan Allah, dia bahkan rela mempertaruhkan nyawanya.
Di masa tuanya, Daniel dijebak oleh orang-orang yang ingin mencelakainya oleh karena kebiasaan doanya. Tetapi dia terus berdoa seperti biasa, tiga kali sehari bersekutu dan menyembah Allah. Dia sama sekali tidak berubah oleh karena larangan doa yang ditetapkan. Orang-orang jahat kemudian mengadukan Daniel kepada raja untuk dihukum mati. Raja Darius merasa sedih. Dia ingin menyelamatkan Daniel, tetapi tidak dapat menarik hukum yang telah dia tetapkan sendiri. Dia terpaksa memerintahkan agar Daniel dilemparkan ke gua singa.
Untunglah Allah menyatakan mujizat-Nya. Dia mengutus malaikat-Nya untuk mengatup mulut singa-singa, sehingga Daniel tidak dilukai. Daniel kemudian ditarik dari dalam gua, sementara orang-orang yang menjebaknya justru dilemparkan ke gua singa bersama dengan keluarga mereka. Mereka semua binasa oleh singa-singa itu.
Sikap Daniel yang mementingkan doa membuatnya bersikeras untuk berdoa kepada Allah walaupun nyawa menjadi taruhannya. Imannya dan takutnya akan Allah menggerakkan Allah menolong dia, seperti kata Tuhan Yesus: “Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya.” (Mrk. 8:35) Akhirnya, bukan saja nyawa Daniel terselamatkan, bahkan raja Darius kemudian mengeluarkan perintah agar seluruh rakyat yang berada di daerah kekuasaannya harus takut dan gentar kepada Allahnya Daniel, Allah dengan demikian sangat dimuliakan!
Coba kita bayangkan, sewaktu Daniel menghadapi ancaman maut, dia memilih tetap berdoa. Bagaimana dengan kita hari ini? Bukan saja kita memilih tidak berdoa bila nyawa kita terancam, kita bahkan tidak mau sedikit meluangkan waktu untuk berdoa kepada Allah sekalipun dalam keadaan damai! Sesungguhnya kita sangat beruntung hidup di zaman yang bebas beribadah, bebas berdoa ini. Bagaimana boleh kita malah mengabaikan doa?