SAUH BAGI JIWA
“Ya tuanku raja, aku ditipu hambaku. Sebab hambamu ini berkata kepadanya: Pelanailah keledai bagiku, supaya aku menungganginya dan pergi bersama-sama dengan raja! –sebab hambamu ini timpang. Ia telah memfitnahkan hambamu ini kepada tuanku raja. Tetapi tuanku raja adalah seperti malaikat Allah; sebab itu perbuatlah apa yang tuanku pandang baik.” (2Sam. 19:26-27)
“Ya tuanku raja, aku ditipu hambaku. Sebab hambamu ini berkata kepadanya: Pelanailah keledai bagiku, supaya aku menungganginya dan pergi bersama-sama dengan raja! –sebab hambamu ini timpang. Ia telah memfitnahkan hambamu ini kepada tuanku raja. Tetapi tuanku raja adalah seperti malaikat Allah; sebab itu perbuatlah apa yang tuanku pandang baik.” (2Sam. 19:26-27)
Mefiboset adalah anak Yonatan. Sewaktu berumur lima tahun, ketika kabar tentang Saul dan Yonatan mati di medan perang sampai ke negerinya, inang pengasuhnya mengangkat Mefiboset dan lari. Tetapi karena terburu-buru, anak itu jatuh dan menjadi timpang.
Setelah Daud menjadi raja, Daud memperlakukan Mefiboset dengan baik sekali karena mengingat Yonatan. Daud mengembalikan seluruh ladang milik Saul kepadanya, dan juga mengijinkannya makan sehidangan dengan dia, kemudian memerintahkan agar Ziba, hamba Saul, melayaninya.
Ketika Daud terpaksa melarikan diri karena pemberontakan Absalom, Mefiboset yang merasa hutang budi kepada Daud juga ingin mengikuti Daud. Sayangnya Ziba adalah hamba yang licik dan jahat. Ziba bukan saja menipu Mefiboset sehingga tidak bisa ikut bersama-sama Daud, tetapi dia juga menyediakan roti dan anggur menemui Daud, lalu memfitnah Mefiboset mengatakan Mefiboset bermaksud merebut kekuasaan raja.
Setelah Absalom kalah, Daud kembali ke istananya. Daud langsung menegur Mefiboset mengapa tidak mengikutinya. Mefiboset lalu menjelaskan bahwa dia difitnah Ziba. Daud tidak percaya sepenuhnya, sehingga dia meminta Mefiboset tidak lagi berkata-kata tentang perkara dia, dan memutuskan dia harus berbagi ladang dengan Ziba.
Karena Mefiboset sangat berterima kasih kepada Daud, dia tidak menaruh hati atas kejahatan Ziba itu, dia tidak menuntut supaya Daud menghukum Ziba. Ketika dia mendengar keputusan Daud menyuruh dia berbagi ladang dengan Ziba, dia tidak protes atas ketidakadilan itu, bahkan dia menyatakan tidak apa-apa bila seluruh ladang diberikan kepada Ziba.
Hari ini kita perlu mencontoh Mefiboset dalam bersyukur kepada orang yang pernah berbuat baik kepada kita, dan dalam mengampuni orang yang pernah bersalah kepada kita. Karena kita sudah menerima banyak sekali berkat dari Allah, maka kita pun dengan senang hati mengampuni orang yang bersalah, bahkan yang melukai kita.
Bagi seorang yang cacat, ladang dan harta itu sangatlah penting agar bisa menyambung hidup. Tetapi karena patuh pada keputusan Daud, Mefiboset rela menyerahkan seluruh ladang itu tanpa mengajukan protes. Dari sini kita dapat tahu kesetiaanya kepada Daud. Sayangnya Daud saat itu kurang peka sehingga mengambil keputusan yang keliru.
Memang Daud hanyalah manusia, bukan Allah. Dia tidak selalu dapat berlaku adil dan dapat membedakan siapa yang setia, siapa yang jahat. Tetapi kita boleh berlega, karena Tuhan kita Yesus adalah Allah, Dia tahu siapa yang baik dan siapa yang jahat. Biar saja orang jahat menindas kita, karena Tuhan pasti akan megnhakimi setiap orang secara adil.
Saya sering merasa diri sendiri sebagai orang yang timpang. Baik raga maupun jiwa, saya ini tidak berguna buat Allah. Tetapi setiap kali mengenang betapa besar kasih karunia Allah kepada saya, yang jauh lebih besar dari pada pemberian Daud kepada Mefiboset, maka saya selalu berharap dan berusaha melakukan lebih banyak pekerjaan Tuhan untuk membalas kasih Allah!