SAUH BAGI JIWA
“Efraim mencampurkan dirinya di antara bangsa-bangsa, Efraim telah menjadi roti bundar yang tidak dibalik. Orang-orang luar memakan habis kekuatannya, tetapi ia sendiri tidak mengetahuinya; juga ia sudah banyak beruban, tetapi ia sendiri tidak mengetahuinya.” (Hos. 7:8-9)
“Efraim mencampurkan dirinya di antara bangsa-bangsa, Efraim telah menjadi roti bundar yang tidak dibalik. Orang-orang luar memakan habis kekuatannya, tetapi ia sendiri tidak mengetahuinya; juga ia sudah banyak beruban, tetapi ia sendiri tidak mengetahuinya.” (Hos. 7:8-9)
Bangsa Israel seringkali tidak menuruti perintah Tuhan untuk tidak berhubungan dengan bangsa lain. Akibatnya, mereka turut menyembah berhala seperti yang dilakukan bangsa lain, dan juga mengikuti kebiasaan bangsa lain. Semakin hari, mereka semakin jauh dari Tuhan.
Saat itu, ketika pengenalan mereka akan bangsa lain semakin banyak, maka semakin lama mereka semakin tidak tertarik kepada perkataan Tuhan. Melihat bangsa lain begitu kuat, mereka merasa diri mereka sebagai bangsa yang kecil. Dengan demikian mereka ingin bersandar kepada kekuatan bangsa lain, dan malah tidak tahu bersandar kepada Tuhan sejati yang selama ini telah memimpin mereka keluar dari kegelapan menuju terang.
Orang yang pernah memanggang roti bundar pasti mengetahui bahwa roti bundar itu harus dipanggang pada kedua sisinya, barulah roti itu matang dan menjadi makanan yang menggiurkan. Apabila hanya memanggang satu sisi, maka di satu sisinya matang, di sisi lain mentah, bagaimana mungkin membuat orang berselera makan?
Pada saat itu bangsa Israel sangat mengenali segala budaya bangsa lain. Bahkan mereka sampai tercemar oleh budaya bangsa lain bagaikan roti bundar yang dipanggang hingga hangus. Namun mereka merasa tidak masalah dengan hanya satu sisi roti yang dipanggang matang. Namun terhadap perintah Tuhan, mereka menganggap perintah-Nya bagai angin lalu, tidak pernah disimpan di dalam hati, seperti sisi roti bundar yang tidak dipanggang sehingga semuanya masih mentah. Oleh sebab itu, Tuhan menggunakan “roti bundar yang tidak dibalik” untuk menggambarkan kekuatan rohani bangsa Israel yang begitu “mentah” hingga ke dalam kondisi yang sangat memprihatinkan.
Tuhan bahkan menggambarkan akibat umat-Nya yang bercampur dengan bangsa lain, yaitu kekuatan bangsa semakin melemah, dan umat tidak memiliki kehidupan. Saat itu mereka menelan segala yang mereka dapatkan dari usaha mereka, namun mereka tidak mengetahui bahwa kemusnahan bangsa telah di depan mata, bagai orang ubanan yang berjalan selangkah-selangkah menuju kematian tanpa menyadarinya.
Hari ini, apakah hidup kita seperti bangsa Israel, bagaikan “roti bundar yang tidak dibalik”? Terhadap kenikmatan materi di dunia, trend dunia, mengejar ilmu pengetahuan, serta cara memperoleh kenaikan jabatan di pekerjaan, kita sangat mengenal seluk beluknya, bagai sisi roti yang dipanggang hingga sangat matang. Namun terhadap peringatan firman Tuhan yang telah diulang berkali-kali, pengejaran iman kerohanian, pengenalan hal-hal rohani, serta semangat dalam pekerjaan kudus, kita malah “mentah, tidak mengenal, tidak tahu apa-apa”, bagai sisi roti yang tidak dipanggang.
Apabila pengejaran kita terhadap dunia jauh melebihi kepedulian kita terhadap iman, maka kita akan semakin asing terhadap bagian berkat rohani dan karunia hidup kekal yang Tuhan janjikan untuk diberikan kepada kita, dan kita semakin sukar untuk menerima semua itu.
Oh Tuhan! Tolong jagalah hati kami, jangan kami tertarik kepada dunia, dan menjadi roti bundar yang tidak dibalik. Kami hanya ingin mata kami tertuju kepada diri-Mu hingga Engkau menjemput kami pulang ke surga.