SAUH BAGI JIWA
“Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.” (Ibr. 4:16)
“Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.” (Ibr. 4:16)
Beberapa saudara seiman di gereja berbagi perasaan mereka ketika menjadi ayah. Masing-masing ada cerita yang unik, namun ada kesamaan perasaan; kata mereka: ‘Sebelum menjadi ayah, sulit untuk mengerti kasih Allah kepada kita. Setelah menjadi ayah, sekarang dapat mengerti betapa panjang lebar tinggi dan dalam kasih Allah kepada kita!’
Memang benar, seorang baru bisa mengerti kasih orang tua setelah dirinya sendiri menjadi orang tua, betapa susahnya sebagai orang tua memelihara anak. Ketika anak sakit, orang tua lebih menderita daripada anak; ketika pekerjaan rumah dari sekolah anaknya belum selesai, orang tua lebih bingung daripada anaknya; ketika anak dikerjai oleh orang, orang tua lebih sakit hati; ketika anak mengalami kegagalan, orang tua lebih menderita. Anak adalah jantung hati orang tua yang selalu menjadi buah pikiran orang tua. Sekalipun anak itu sudah dewasa, tetapi di mata orang tua, selamanya dia adalah anak kecil yang memerlukan kasih sayangnya.
Karena sejak kecil anak sudah hidup dalam kasih sayang orang tua yang kental, maka apa pun yang terjadi, anak selalu dapat dengan penuh keberanian meminta tolong kepada orang tuanya. Orang tua lahiriah kita bukanlah orang yang sempurna. Mereka juga ada kelemahannya, ada ketidakberdayaannya. Tetapi kita dengan penuh keberanian tetap meminta bantuan dan mencari penghiburan kepada mereka, maka kita pun akan lebih berani lagi memohon kepada Allah Bapa kita yang di surga.
Karena itu ketika kita sedang putus asa, atau sedang susah sedih, marilah kita mencari Bapa kita yang di surga untuk mencurahkan isi hati kita, kesedihan kita, perasaan kita. Ketika kita sedang kesepian, takut, tidak berdaya, kita segera meminta pertolongan-Nya untuk mengatasi semua permasalahan.
Karena itu kita tidak perlu kuatir, sebab Imam Besar kita, Tuhan Yesus, turut merasakan kelemahan-kelemahan kita. Karena Ia juga sama dengan kita, Ia telah dicobai, Ia tahu betapa kita lemah, kurang percaya, kacau, keras kepala, tidak berdaya, banyak kuatir. Hanya saja Ia tidak berbuat dosa. Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya!