SAUH BAGI JIWA
[su_icon icon=”icon: calendar” color=”#d19636″ size=”18″ shape_size=”4″ radius=”36″] Renungan Tanggal: 25 Dec 2020
“Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.” (Gal. 5:22-23)
“Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.” (Gal. 5:22-23)
Apabila Anda memeriksa rohani Anda, apakah Anda sudah menghasilkan sembilan macam buah Roh Kudus Ini? Apakah buahnya banyak atau jarang, atau tidak sebutir pun? Apakah buahnya besar dan padat, atau kecil dan kempis?
Tuhan Yesus berfirman: “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.” (Yoh. 13:34). Dari ayat ini kita bisa mengerti mengapa ‘kasih’ menjadi yang pertama dari buah Roh Kudus. Hanya bila ada kasih, barulah buah-buah lain bisa muncul dan berarti. Maka perintah baru Tuhan kepada kita adalah mengutamakan kasih, agar kita saling mengasihi.
Hidup di dunia ini pasti akan mengalami kesusahan, dan bersukacita di dalam kesusahan tidak mudah. Tetapi Paulus menasihati kita agar: “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan!” (Flp. 4:4). ‘Sukacita’ adalah kekuatan luar biasa yang sulit untuk kita lakukan hanya dengan mengandalkan kekuatan sendiri. Namun di dalam Tuhan dan bersandar kepada Tuhan, kita akan dapat bersukacita senantiasa.
“Sesungguhnya, aku telah menenangkan dan mendiamkan jiwaku; seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya, ya, seperti anak yang disapih jiwaku dalam diriku.” (Mzm. 131:2) Orang yang hatinya ada ‘damai sejahtera’ tidak akan ribut, jiwanya akan berdiam seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya menikmati kepuasan dan kebahagiaan.
Banyak orang yang dahulu sifatnya tidak baik, setelah percaya kepada Tuhan kemudian Roh Kudus membantu dia sehingga menghasilkan buah ‘kesabaran’. Walaupun sejak lahir dia bersifat kasar dan emosional, tidak mudah bersabar, tetapi lambat laun dia bisa belajar bersabar menantikan kehendak Tuhan.
“Sebab Engkau, ya Tuhan, baik dan suka mengampuni dan berlimpah kasih setia bagi semua orang yang berseru kepada-Mu.” (Mzm. 86:5) Ya Tuhan, oleh karena Engkau melimpahkan kasih setia-Mu kepada kami, Engkau bermurah-hati kepada kami, maka tolonglah kami agar kami dapat selalu berbuat baik kepada orang lain, bantulah kami untuk berbuah ‘kemurahan’ dan ‘kebaikan’.
Seperti firman-Mu, ya Tuhan: “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” (1Yoh. 1:9), kiranya kesetiaan-Mu senantiasa menyertai kami.
“Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.” (Mat. 5:5). Kalau kita dapat selalu bersikap ‘lemah lembut’ kepada orang, bukan saja kita akan mempunyai relasi yang baik dengan orang, tetapi kita juga akan memiliki bumi. Sungguh indah buah Roh Kudus ‘kelemahlembutan’ ini.
Segala sesuatu yang berlebihan tidak berfaedah. Orang yang mampu menguasai diri tidak akan terbelenggu oleh dosa, dan akan mampu menggunakan waktu sebaik-baiknya. Orang zaman sekarang ini perlu belajar menguasai diri dalam banyak hal. Di antaranya, jangan membiarkan diri dikuasai oleh handphone, televisi, permainan elektronik dan sebagainya.
Hai anak-anak Allah! Marilah kita banyak menyempurnakan rohani, agar selalu menghasilkan buah Roh Kudus!