SAUH BAGI JIWA
[su_icon icon=”icon: calendar” color=”#d19636″ size=”18″ shape_size=”4″ radius=”36″] Renungan Tanggal: 02 Dec 2020
“TUHAN akan menuntun engkau senantiasa dan akan memuaskan hatimu di tanah yang kering, dan akan membaharui kekuatanmu; engkau akan seperti taman yang diairi dengan baik dan seperti mata air yang tidak pernah mengecewakan.” (Yes. 58:11)
“TUHAN akan menuntun engkau senantiasa dan akan memuaskan hatimu di tanah yang kering, dan akan membaharui kekuatanmu; engkau akan seperti taman yang diairi dengan baik dan seperti mata air yang tidak pernah mengecewakan.” (Yes. 58:11)
Penantian dalam kesusahan sangatlah berat. Lebih mudah menanggung penderitaan yang berat namun singkat, daripada kesusahan yang lambat namun panjang. Terlebih penyakit kronis yang berlangsung tahunan, bahkan puluhan tahun, penderita dipagut oleh rasa sakit yang semakin keras, hari demi hari berlalu tanpa tanda-tanda kesembuhan. Keadaan ini mudah membuat orang tidak lagi percaya kepada Allah. Untunglah Allah tidak pernah meninggalkan anak-anak-Nya. Pada saat mereka hampir menyerah, Allah akan membuka jalan keluar bagi mereka.
Seorang saudari yang menderita penyakit berlarut-larut, ketika sudah tidak dapat menahan siksaan rasa sakitnya, dia protes kepada Allah mengapa Allah tidak menyembuhkannya. Allah dengan sabar memberi wahyu kepadanya: “Pada waktu itulah engkau akan memanggil dan TUHAN akan menjawab, engkau akan berteriak minta tolong dan Ia akan berkata: Ini Aku! Apabila engkau tidak lagi mengenakan kuk kepada sesamamu dan tidak lagi menunjuk-nunjuk orang dengan jari dan memfitnah, apabila engkau menyerahkan kepada orang lapar apa yang kauinginkan sendiri dan memuaskan hati orang yang tertindas, maka terangmu akan terbit dalam gelap dan kegelapanmu akan seperti rembang tengah hari.” (Yes. 58:9-10)
Saudari ini terkejut menerima wahyu Allah ini, dan sekalipun masih sakit, dia bersyukur kepada Allah dan sungguh-sungguh menyelidiki diri sendiri. Barulah dia menyadari, ternyata hatinya masih banyak kuatir, risau, duka, takut, kepahitan, benci, dan beban rohani lainnya. Dia juga sadar sesekali dia menyalahkan orang lain, dan karena tidak kuasa menahan penderitaan dia juga mengeluarkan kata-kata jahat menghakimi orang. Dia menyadari bahwa dia harus ‘menyerahkan kepada orang lapar apa yang dia inginkan sendiri dan memuaskan hati orang yang tertindas’. Setelah itu Allah akan membuat dia memancarkan terang, terang akan terbit dalam gelap membersihkan pelanggarannya, dan membuat kegelapan dalam hatinya akan seperti rembang tengah hari. Dengan demikian TUHAN akan menuntun dia dalam kesakitannya, memuaskan hatinya di tanah yang kering, dan akan membarui kekuatannya. Dia akan seperti taman yang diairi dengan baik, cantik jelita, seperti mata air yang tidak pernah mengecewakan dan siang malam terus memancarkan air.
Taman yang dipelihara oleh pemiliknya adalah ‘taman yang diairi dengan baik’, taman yang cantik dan berbahagia. Di dalam hutan yang rapat dengan pepohonan, tersembunyi jeram yang mengalir laksana untaian kalung perak, adalah ‘mata air yang tidak mengecewakan’, jernih dan menyegarkan. Saudari ini menerima penghiburan Allah, dan percaya bahwa asalkan taat kepada firman Allah, dia akan menjadi ‘taman yang diairi dengan baik’ dan ‘mata air yang tidak mengecewakan’ dalam kerajaan Allah.
Kiranya berkat Allah: “Pada waktu itulah terangmu akan merekah seperti fajar dan lukamu akan pulih dengan segera; kebenaran menjadi barisan depanmu dan kemuliaan TUHAN barisan belakangmu.” (Yes. 58:8), dicurahkan kepada setiap orang yang tekun mencari dan percaya kepada Allah!