SAUH BAGI JIWA
“Pada waktu itu orang tidak akan berkata lagi: Ayah-ayah makan buah mentah, dan gigi anak-anaknya menjadi ngilu, melainkan: Setiap orang akan mati karena kesalahannya sendiri; setiap manusia yang makan buah mentah, giginya sendiri menjadi ngilu.” (Yeremia 31:29-30)
“Pada waktu itu orang tidak akan berkata lagi: Ayah-ayah makan buah mentah, dan gigi anak-anaknya menjadi ngilu, melainkan: Setiap orang akan mati karena kesalahannya sendiri; setiap manusia yang makan buah mentah, giginya sendiri menjadi ngilu.” (Yeremia 31:29-30)
Setelah bangsa Yahudi dibuang ke Babel dan negeri Yehuda runtuh, beredarlah peribahasa di antara orang Yahudi: ‘ayah-ayah makan buah mentah, dan gigi anak-anaknya menjadi ngilu.’ Buah mentah dalam bahasa asalnya adalah ‘anggur asam’, jadi ayah yang makan anggur asam, malah gigi anaknya yang ngilu, jadi ini adalah bentuk protes kepada Allah, mengapa nenek moyang yang berdosa, merekalah yang harus menanggung hukuman dari Allah.
Orang Yahudi bisa berkata demikian, bukan karena mereka tidak punya pengetahuan tentang alam, melainkan melalui peribahasa ini mencoba melemparkan kesalahan kepada orang lain. Mereka melemparkan kesalahan runtuhnya negeri mereka kepada nenek moyang mereka, dengan demikian mereka merasa tidak perlu mengaku dosa, tidak perlu bertobat, mereka menghibur diri dengan cara seperti ini. Sesungguhnya mereka semua sadar, mereka ikut bertanggung jawab atas runtuhnya negeri mereka karena mereka semua menyembah berhala, jadi runtuhnya negeri oleh bangsa asing yang sudah dinubuatkan memang sudah dapat diduga, tinggal tunggu waktunya saja.
Maka Allah melalui nabi Yeremia dan Yehezkiel memberitahu orang Yahudi, bahwa setiap orang harus bertanggung jawab atas perbuatan mereka sendiri. Penghakiman Allah adalah adil dan atas dasar perbuatan perorangan, jadi jangan berkelit atas dosa sendiri, apa lagi melemparkan kesalahan kepada nenek moyang. Sesungguhnya setiap orang yang dihukum adalah karena dosanya sendiri.
Allah melalui nabi Yehezkiel berfirman: “Ada apa dengan kamu, sehingga kamu mengucapkan kata sindiran ini di tanah Israel: Ayah-ayah makan buah mentah dan gigi anak-anaknya menjadi ngilu? Demi Aku yang hidup, demikianlah firman Tuhan ALLAH, kamu tidak akan mengucapkan kata sindiran ini lagi di Israel.” (Yehezkiel 18:2-3), ini adalah peringatan kepada mereka agar jangan lagi salah memakai peribahasa itu sebagai dalih untuk lepas tanggung jawab.
“Mengapa orang hidup mengeluh? Biarlah setiap orang mengeluh tentang dosanya! Marilah kita menyelidiki dan memeriksa hidup kita, dan berpaling kepada TUHAN. Marilah kita mengangkat hati dan tangan kita kepada Allah di sorga.” (Ratapan 3:39-41); ““Tetapi sekarang juga,” demikianlah firman TUHAN, “berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh.” Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada TUHAN, Allahmu, sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia, dan Ia menyesal karena hukuman-Nya.” (Yoel 2:12-13)
Hari ini, bila keadaan iman kita tidak baik, apakah kita juga seperti orang Yahudi itu menyalahkan orang lain, menyalahkan lingkungan, tidak mau menyalahkan diri sendiri, tidak mau mawas diri? Hai anak-anak Allah, jangan lagi mencari-cari alasan untuk melepaskan diri dari tanggung jawab. Bertobatlah, berbaliklah kepada Allah! Karena Allah berfirman: “Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya. Orang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya.” (Yehezkiel 18:20)