SAUH BAGI JIWA
Setiap kali, apabila hari-hari pesta telah berlalu, Ayub memanggil mereka, dan menguduskan mereka; keesokan harinya, pagi-pagi, bangunlah Ayub, lalu mempersembahkan korban bakaran sebanyak jumlah mereka sekalian, sebab pikirnya: “Mungkin anak-anakku sudah berbuat dosa dan telah mengutuki Allah di dalam hati.” Demikianlah dilakukan Ayub senantiasa.” (Ayb. 1:5)
Setiap kali, apabila hari-hari pesta telah berlalu, Ayub memanggil mereka, dan menguduskan mereka; keesokan harinya, pagi-pagi, bangunlah Ayub, lalu mempersembahkan korban bakaran sebanyak jumlah mereka sekalian, sebab pikirnya: “Mungkin anak-anakku sudah berbuat dosa dan telah mengutuki Allah di dalam hati.” Demikianlah dilakukan Ayub senantiasa.” (Ayb. 1:5)
Ayub seorang yang kaya raya, terkaya dari semua orang di sebelah timur. Yang luar biasa padanya adalah dia tidak suka pesta pora karena kekayaannya. Sebaliknya dia saleh dan jujur, ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.
Tujuh anak-anaknya yang lelaki biasa mengadakan pesta di rumah, dan ketiga saudara perempuan mereka diundang untuk makan dan minum bersama-sama mereka. Ayub kuatir anak-anaknya hanya suka pesta tetapi tidak suka beribadah kepada Allah. Setiap kali apabila hari-hari pesta telah berlalu, Ayub memanggil mereka dan menguduskan mereka. Keesokan paginya bangunlah Ayub, lalu mempersembahkan korban bakaran sebanyak jumlah mereka, sebab pikirnya: “Mungkin anak-anakku sudah berbuat dosa dan telah mengutuki Allah di dalam hati.”
“Siapakah orang yang takut akan TUHAN? Kepadanya TUHAN menunjukkan jalan yang harus dipilihnya. TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka.” (Mzm. 25:12, 14) Ayub takut akan Allah dan bergaul karib dengan Allah, maka Allah menunjukkan jalan yang harus dipilihnya dan memberitahukan perjanjian-Nya. Karena itu Ayub mempunyai hikmat rohani, dia sadar anak-anaknya yang suka berpesta pora, hanya suka makan-minum, tetapi tidak suka mencari Allah dan akan mudah melakukan dosa.
Kita bisa bayangkan Ayub sungguh luar biasa, sebagai orang kaya dia tidak menjadi sombong karena kekayaannya, sebaliknya dia menguatirkan iman kepercayaan anak-anaknya dan senantiasa berdoa untuk mereka. Marilah kita belajar pada hikmat rohani Ayub, senantiasa memperhatikan iman anak-anak kita, berdoa siang malam agar seumur hidup mereka tidak meninggalkan Allah.
“Tariklah pelajaran dari perumpamaan tentang pohon ara. Apabila ranting-rantingnya melembut dan mulai bertunas, kamu tahu, bahwa musim panas sudah dekat.” (Mrk. 13:28) Ya memang, segala sesuatu selalu ada petunjuknya, seperti kalau kita melihat ranting pohon ara melembut dan mulai bertunas, ini adalah petunjuk bahwa musim panas sudah dekat.
Bila anak tidak suka kebaktian gereja, tidak suka berdoa, tidak suka baca Alkitab, tidak suka mengikuti kegiatan gereja, ini adalah petunjuk awal dia tidak punya perasaan terhadap Allah, selangkah demi selangkah dia akan meninggalkan Allah. Kita harus belajar mendapatkan petunjuk dari hal-hal kecil untuk mengetahui keadaan imannya. Hendaklah kita siang malam mengajaknya dekat kepada Allah, memohon Allah memberi pengalaman hidup agar imannya berakar, dapat seumur hidup takut akan Allah.
“Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.” (1Ptr. 5:8) Zaman sekarang ini adalah jahat, penuh dengan segala macam pencobaan dan godaan. Iblis berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum. Anak kita yang terbiasa hidup nyaman dan tenggelam di dalam kesenangan dunia akan mudah sekali menjadi mangsa ditelan Iblis. Sebagai orang tua kita harus mencontoh Ayub, senantiasa memperhatikan iman anak-anak, dan menemani mereka menempuh jalan menuju kerajaan surga.
“Expanded View” by Fratercula arctica is licensed under CC BY