SAUH BAGI JIWA
[su_icon icon=”icon: calendar” color=”#d19636″ size=”18″ shape_size=”4″ radius=”36″] Renungan Tanggal: 10 Nov 2020
“Janganlah takut, hai si cacing Yakub, hai si ulat Israel! Akulah yang menolong engkau, demikianlah firman TUHAN, dan yang menebus engkau ialah Yang Mahakudus, Allah Israel. Sesungguhnya, Aku membuat engkau menjadi papan pengirik yang tajam dan baru, dengan gigi dua jajar; engkau akan mengirik gunung-gunung dan menghancurkannya, dan bukit-bukitpun akan kaubuat seperti sekam.” (Yes. 41:14-15)
“Janganlah takut, hai si cacing Yakub, hai si ulat Israel! Akulah yang menolong engkau, demikianlah firman TUHAN, dan yang menebus engkau ialah Yang Mahakudus, Allah Israel. Sesungguhnya, Aku membuat engkau menjadi papan pengirik yang tajam dan baru, dengan gigi dua jajar; engkau akan mengirik gunung-gunung dan menghancurkannya, dan bukit-bukitpun akan kaubuat seperti sekam.” (Yes. 41:14-15)
Ulat dan cacing bagaimana bisa dibandingkan dengan papan pengirik yang tajam dan baru dengan gigi dua jajar? Perbedaannya laksana bumi dengan langit! Sama seperti orang cebol dengan raksasa, tikus dengan gajah, angin sepoi-sepi dengan badai, hujan rintik-rintik dengan hujan lebat, perbedaannya sangat mencolok, kuat lemahnya langsung terlihat.
Cacing dan ulat adalah binatang yang sangat lemah, sekali dipukul atau diinjak langsung pipih. Papan pengirik yang tajam bergigi adalah perkakas zaman dahulu yang dapat mematahkan dan menghancurkan barang, apa lagi mesin bergigi zaman sekarang yang dapat mengirik gunung dan menghancurkannya, bukit-bukit pun dibuat seperti sekam.
Sewaktu Daud berada di dalam kesukaran, dia menulis mazmur mengiaskan dirinya sebagai ulat yang hina, lemah dan tidak berguna: “Tetapi aku ini ulat dan bukan orang, cela bagi manusia, dihina oleh orang banyak.” (Mzm. 22:7)
Di hadapan Allah, kita ini bukan siapa-siapa, tidak bisa berbuat apa-apa, sama seperti Daud yang mengumpamakan diri sebagai ulat. Tetapi Allah yang pengasih justru dapat mengubah ulat yang lemah menjadi papan pengirik yang tajam dan baru bergigi dua jajar. Kita bisa menjadi demikian efektif sehingga dapat mengirik menghancurkan gunung, dan membuat bukit menjadi sekam. Perubahan ini membuat orang melihat dan mengakui betapa dahsyat kuat kuasa Allah!
Jadi walaupun kita lemah bagai ulat, tetapi tidak mengapa! Walaupun tubuh dan semangat ulat kita sudah hancur oleh penderitaan di dunia, tetapi seperti tertulis: “Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya.” (Yes. 42:3). Ulat yang hancur dalam penganiayaan oleh kuasa Allah menjadi kuat, dan Allah akan menaklukkan kesusahan ke bawah kaki kemenangan kita.
“Oleh rahmat dan belas kasihan dari Allah kita, dengan mana Ia akan melawat kita, Surya pagi dari tempat yang tinggi, untuk menyinari mereka yang diam dalam kegelapan dan dalam naungan maut untuk mengarahkan kaki kita kepada jalan damai sejahtera.” (Luk. 1:78-79)
Hai manusia ulat yang diam dalam kegelapan dan dalam naungan maut, ketahuilah! Tuhan Yesus tidak jijik kepadamu, Dia akan mengambil masa lampaumu yang hancur, menderita, berduka dan kuatir, menjadikan kamu papan pengirik yang tajam dan baru, menjadi kuat dan penuh pengharapan.
Bagi anak-anak Allah yang sudah mengalami pembaharuan hidup, pergunakanlah waktu selagi ada, cepat bekerja bersinar untuk Tuhan, berkorban mempersembahkan diri, agar kita yang sudah menjadi perkakas mulia Tuhan ini segera menyelesaikan pekerjaan yang Tuhan serahkan kepada kita.