SAUH BAGI JIWA
“Tongkat dan teguran mendatangkan hikmat, tetapi anak yang dibiarkan mempermalukan ibunya.” (Ams. 29:15)
“Tongkat dan teguran mendatangkan hikmat, tetapi anak yang dibiarkan mempermalukan ibunya.” (Ams. 29:15)
Imam besar Eli tidak mengajar dua anaknya dengan baik. Mereka tidak mengenal Allah dan memandang rendah korban untuk Allah, bahkan tidur dengan perempuan-perempuan yang melayani di depan pintu Kemah Pertemuan.
Namun ternyata Samuel juga tidak lebih baik dari pada imam Eli, gurunya, dalam hal mendidik anak. Dua anak Samuel tidak hidup seperti ayahnya, mereka mengejar laba, menerima suap dan memutarbalikkan keadilan.
Daud memang seorang raja yang bijaksana, tetapi juga sama lalainya dalam hal mendidik anak. Dia tidak menjalankan tanggung jawab seorang ayah dengan baik, tidak serius mengajar anak-anaknya, akibatnya anak-anaknya celaka, dirinya pun ikut mengalami kesusahan.
Anak sulungnya yang bernama Amnon, dengan licik memperkosa Tamar, adik tirinya. Absalom, anaknya yang ketiga berlaku curang, memberontak terhadap ayahnya merebut takhta raja, bahkan tidur dengan gundik-gundik ayahnya di depan umum. Adonia, anak keempat, pemuda yang tampan tetapi berbuat sesuka hati, merasa bila ayahnya mati, dialah yang pantas menjadi raja; maka sebelum Daud meninggal, Adonia sudah membuat rencana untuk merebut posisi raja. Di kemudian hari dia juga bermaksud menikahi gundik ayahnya. Salomo, anak Daud yang kemudian menjadi raja, mencintai banyak perempuan-perempuan bangsa asing, dan mengikuti mereka menyembah dewa-dewa bangsa asing. Kesemuanya itu menjadi bukti kelalaian Daud dalam mendidik anak.
Raja-raja setelah Salomo, di kerajaan Israel yang di utara, tidak ada satu pun raja yang baik, sedangkan kerajaan Yehuda yang di selatan, terdapat 8 raja yang baik dan 12 raja yang jahat, mereka semua adalah anak-anak kurang diajar oleh orang tua mereka. Walaupun mereka lahir dan besar di istana, tetapi karena dimanjakan, banyak di antara mereka yang melalui jalan yang serong. Akibatnya bukan saja mencelakakan keluarganya, tetapi bahkan menghancurkan seluruh kerajaan. Hari ini, para orang tua hendaklah bercermin pada mereka dan berlaku bijak dalam mendidik anak-anak.
Alkitab tertulis: “Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya.” (Ams. 13:24), “Jangan menolak didikan dari anakmu ia tidak akan mati kalau engkau memukulnya dengan rotan. Engkau memukulnya dengan rotan, tetapi engkau menyelamatkan nyawanya dari dunia orang mati.” (Ams. 23:13-14), “Kebodohan melekat pada hati orang muda, tetapi tongkat didikan akan mengusir itu dari padanya.” (Ams. 22:15), “Hajarlah anakmu selama ada harapan, tetapi jangan engkau menginginkan kematiannya.” (Ams. 19:18), “Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu.” (Ams. 29:17) Ayat-ayat ini semua mengingatkan kita agar mengajar anak-anak kita dengan sebaik-baiknya. Jangan kita memanjakan mereka, tetapi didiklah mereka dengan tidak bosan-bosan.
Samuel dan Daud adalah umat kudus zaman dahulu yang dihargai dan diyakini Allah, tetapi mereka gagal dalam hal mendidik anak. Mereka adalah orang yang rohani, tetapi tidak mengerti bagaimana mengajar anak, hal ini selain mengherankan, juga menjadi peringatan buat kita. Karena itu hendaklah kita selalu waspada, dan ajarlah anak-anak kita dengan firman kebenaran Allah, agar seumur hidup mereka berjalan di atasnya, tidak menyimpang selamanya.
“Little girl with her mom looking at laptop together. Arms closeup.” by shixart1985 is licensed under CC BY