SAUH BAGI JIWA
“Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.” (Mzm. 51:19)
“Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.” (Mzm. 51:19)
Daud adalah orang yang mengerti betul sifat Allah. Dia hidup di zaman Perjanjian Lama di mana orang masih mempersembahkan korban sembelihan. Sewaktu dia jatuh ke dalam dosa, dia menggubah mazmur ini untuk mengakui dosa dan bertobat, dan dia mengerti kebenaran ini: “Sebab Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan; sekiranya kupersembahkan korban bakaran, Engkau tidak menyukainya. Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.” (Mzm. 51:18-19)
Tuhan Yesus pernah berfirman kepada seorang perempuan Samaria: “Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran.” (Yoh. 4:23-24) Daud mempersembahkan ‘jiwa yang hancur’ untuk mengaku dosa dan bertobat, bukan dengan korban sembelihan, hal ini cocok dengan pengajaran Tuhan Yesus.
Rumah saya dahulu di Taiwan, ketika memasang kaca besar untuk memisahkan ruang tamu dan dapur, saya memesannya kepada pemilik toko kaca agar mengukirkan ayat-ayat Mazmur pasal 23. Setelah kacanya jadi dan dipasang, pemilik toko itu bertanya kepada saya apakah saya harus berdiri di depan kaca itu untuk berdoa setiap hari. Saya jawab tidak perlu, karena kita menyembah Allah dalam roh dan kebenaran, tidak terikat pada di mana kita berada, juga tidak perlu mempersembahan korban apapun.
Hai anak-anak Allah, marilah kita mempersembahkan hati yang paling tulus kepada Allah! Bila kita menyembah Allah tidak dengan hati, Allah juga tidak berkenan dengan persembahan kita yang lain seperti talenta, kepintaran, kekayaan maupun waktu. Yang dikehendaki Allah dari kita adalah hati kita. Dia mau kita mempersembahkan diri dengan tanpa pura-pura dan kepalsuan, Dia mau kita mengaku dosa dengan hati yang patah remuk. Karena itu hanyalah dengan mempersembahkan jiwa yang hancur, Allah berkenan mengampuni dosa kita.
Daud sangat memahami cara memohon kepada Allah; selain memohon pengampunan, dia juga memohon agar hubungan eratnya dengan Allah dipulihkan. Karena memohon pengampunan sifatnya pasif, lebih penting lagi adalah memohon dipulihkannya persekutuan dengan Allah, yang bersifat aktif. Karena itu dia memohon agar Allah ‘janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku!’, ‘dan lengkapilah aku dengan roh yang rela!’, hanyalah dengan bersekutu erat di dalam roh dengan Allah maka Daud mendapat kekuatan untuk melawan kuasa kejahatan.
Kita harus belajar pada Daud, bila berbuat dosa janganlah melempar tanggung jawab, melainkan segera berlutut di hadirat Allah mengaku dosa dan bertobat dengan jiwa yang hancur. Apabila kita sungguh-sungguh mengaku dosa dan bertobat, Allah yang pengasih pasti mengampuninya. Biarlah kita selalu ingat, ‘hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.’