SAUH BAGI JIWA
“Saudara-saudaraku, sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, Tuhan kita yang mulia, janganlah iman itu kamu amalkan dengan memandang muka.” (Yak. 2:1)
“Saudara-saudaraku, sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, Tuhan kita yang mulia, janganlah iman itu kamu amalkan dengan memandang muka.” (Yak. 2:1)
Peristiwa Samuel mengurapi Daud oleh perintah TUHAN memberi kita satu pelajaran penting, yaitu jangan memandang muka, maksudnya, jangan memilih orang dari rupa luarnya.
Sewaktu Samuel atas perintah TUHAN bertemu dengan Isai, TUHAN menentukan salah satu anaknya untuk diurapi menjadi raja. Samuel lalu menyuruh anak-anak Isai tampil ke depan. Sewaktu mereka tiba, Samuel melihat Eliab, anak pertama Isai yang parasnya cakap dan berperawakan tinggi, lalu pikirnya: “Sungguh, di hadapan TUHAN sekarang berdiri yang diurapi-Nya.”
Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: ‘Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati.” (1Sam. 16:7)
Kemudian Isai memanggil ketujuh anaknya lewat di depan Samuel satu persatu, tetapi mereka tidak dipilih TUHAN. Akhirnya Isai memanggil anaknya yang paling kecil, Daud, lalu TUHAN berfirman: “Bangkitlah, urapilah dia, sebab inilah dia.”
Tak disangka, Samuel yang demikian rohaninya juga terjebak pada kesalahan ‘memandang muka’. Sewaktu dia melihat Eliab yang rupawan dan perawakannya tinggi, anak sulung, dia merasa inilah orang yang diurapi TUHAN. Samuel meleset!
Orang zaman dahulu sering salah dalam memilih orang karena ‘memandang muka’, demikian juga orang zaman sekarang ini. Menurut penelitian, seorang yang berparas cakap lebih mudah mendapatkan pekerjaan dibanding dengan orang yang berparas buruk. Karena sifat alami manusia ini, maka pengelola perusahaan juga sering ‘memandang muka’ dalam merekrut karyawan.
Ternyata ‘memandang muka’ sering berakibat salah keputusan, salah memilih orang bahkan dalam perkara-perkara penting. Bila TUHAN membiarkan Samuel memilih orang dengan memandang muka, maka kemungkinan sejarah umat Israel harus ditulis ulang seluruhnya. Karena memilih orang dengan memandang muka bisa berakibat fatal, kita harus waspada dan tidak mengabaikannya.
Memandang muka di sini bukan saja menyangkut penampilan lahiriah, tetapi juga termasuk pendidikan pengalaman kerja, karir, pengalaman hidup, latar belakang keluarga, dan syarat-syarat lahiriah lainnya. Hari ini sewaktu memilih pengurus atau penanggung jawab pekerjaan kudus di gereja, apakah kita menggunakan dasar pendidikan, pengalaman, pekerjaan, wajah, latar belakang, atau apakah orang tuanya pendeta, penatua, atau diaken? Atau kita memilih berdasarkan iman, berdasarkan tekad siap berjerih lelah melayani Tuhan?
Alkitab mengajarkan kita agar jangan memandang muka, maka sewaktu memilih pengurus dan pekerja kudus, yang kita perhatikan bukanlah syarat lahiriah, melainkan melihat apakah dia seorang yang rendah hati, taat, kerja keras tanpa mengeluh, rela menderita untuk TUHAN, tidak mengejar kemuliaan, tidak mencari keuntungan sendiri, tidak iri hati, tidak menghakimi, dan syarat rohani lainnya.
Kiranya TUHAN memberi kita hikmat, agar dalam memutuskan segala sesuatu, janganlah memandang muka.