SAUH BAGI JIWA
“Hai kamu keturunan ular beludak, bagaimanakah kamu dapat mengucapkan hal-hal yang baik, sedangkan kamu sendiri jahat? Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati. Orang yang baik mengeluarkan hal-hal yang baik dari perbendaharaannya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan hal-hal yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat.” (Mat. 12:34-35)
“Hai kamu keturunan ular beludak, bagaimanakah kamu dapat mengucapkan hal-hal yang baik, sedangkan kamu sendiri jahat? Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati. Orang yang baik mengeluarkan hal-hal yang baik dari perbendaharaannya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan hal-hal yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat.” (Mat. 12:34-35)
Begitu manusia melihat ular pasti langsung melarikan diri, baik ular itu berbisa atau tidak. Apalagi ular yang berbisa mematikan, terlebih manusia akan takut dan tidak menyukainya. Dan Tuhan Yesus menggunakan sebutan “ular beludak” bagi orang jahat yang paling tidak Dia sukai.
Orang jahat itu bagaikan ular berbisa yang sangat menakutkan. Ketika mereka melakukan kejahatan, maka orang-orang akan terluka. Salah satu perbuatan jahat yang mereka lakukan adalah menggunakan mulut mereka untuk menimbulkan kebencian dan perseteruan sehingga semua orang tidak merasakan damai. Mereka membuat dusta, kepalsuan, memutarbalikkan kebenaran, dan menghakimi orang lain dengan niat jahat.
Seringkali mereka menggunakan hal yang nampaknya benar untuk memutarbalikkan kebenaran, dan banyak orang yang langsung mempercayai perkataan dusta mereka tanpa memeriksa kembali kebenarannya. Ini merupakan hal yang sangat disayangkan. Anak-anak Tuhan harus berjaga-jaga, jika ada orang-orang jahat di sekitar kita, dan bila kita dapat menasihati mereka, maka nasihatilah mereka. Akan tetapi bila mereka tidak dapat dinasihati, maka pergilah menjauh dari mereka, jangan sampai diri sendiri secara tidak sadar ikut terseret ke dalam kebinasaan!
Ada kalanya ketika kita berbicara, kita hanya mengungkapkan pemikiran kita, tidak ada maksud untuk menghakimi orang lain dengan niat jahat, apalagi menyakitinya. Tapi ada satu macam orang yang berani dengan sengaja mencari masalah, dan dengan niat jahat menghakimi orang lain. Perbuatan jahat mereka seperti yang dikatakan Alkitab, “Karena mereka tidak dapat tidur, bila tidak berbuat jahat; kantuk mereka lenyap, bila mereka tidak membuat orang tersandung;” (Ams. 4:16). Lidah mereka memiliki kekuatan yang besar untuk menyakiti orang lain, bahkan Raja Daud pun menulis Mazmur untuk memohon kepada Tuhan, “Ya TUHAN, lepaskanlah aku dari pada bibir dusta, dari pada lidah penipu.” (Mzm. 120:2)
Tuhan pernah mengatakan tujuh perkara yang menjadi kekejian bagi hati-Nya: “mata sombong, lidah dusta, tangan yang menumpahkan darah orang yang tidak bersalah, hati yang membuat rencana-rencana yang jahat, kaki yang segera lari menuju kejahatan, seorang saksi dusta yang menyembur-nyemburkan kebohongan dan yang menimbulkan pertengkaran saudara.” (Ams. 6:17-19). Di antaranya terdapat “lidah dusta”, “seorang saksi dusta yang menyembur-nyemburkan kebohongan”, dan “yang menimbulkan pertengkaran saudara”, semua hal itu berhubungan dengan mulut, dari sini dapat terlihat betapa pentingnya bagi kita untuk “mengekang lidah”!
“Tak bergunalah dan jahatlah orang yang hidup dengan mulut serong, yang mengedipkan matanya, yang bermain kaki dan menunjuk-nunjuk dengan jari, yang hatinya mengandung tipu muslihat, yang senantiasa merencanakan kejahatan, dan yang menimbulkan pertengkaran. Itulah sebabnya ia ditimpa kebinasaan dengan tiba-tiba, sesaat saja ia diremukkan tanpa dapat dipulihkan lagi.” (Ams. 6:12-15)
Kebinasaan dapat dengan tiba-tiba menimpa orang yang hatinya menyimpan tipu muslihat, yang senantiasa merencanakan kejahatan, dan yang menimbulkan pertengkaran. Akhir hidup mereka adalah keremukan yang tidak dapat dipulihkan lagi. Anak-anak Tuhan harus mengingat perkataan Tuhan, jangan sampai menjadi ular beludak, yaitu orang yang berbuat dosa dengan mulutnya!