Suara Sejati
Penyampai Pesan
Sdr. Rusmidi Karyoko, Gereja Yesus Sejati Samanhudi, Jakarta
Tanggal 6 Maret 2017
Ada seorang ibu tua yang menelpon dan meminta waktu bertemu dengan saya. Saya merasa heran, karena walaupun kenal dan satu gereja, kami jarang berbicara satu dengan yang lain serta hubungan kami tidak begitu dekat. Tidak ada urusan pelayanan gereja atau pun urusan bisnis dengan dia. Karena dia tidak mau membahasnya melalui telepon dan hanya mau bertemu langsung, saya mengiyakan.
Tangal 11 Maret 2017
Saya bertemu ibu tua ini di gereja. Kami mencari tempat duduk yang nyaman. Saya persilahkan dia bicara. Raut wajahnya serius. Saya jadi terheran-heran, ada apa gerangan. Saya persilahkan dia untuk berbicara dan dengan canggung dia mulai berbicara seperti ini, “Tante belum lama ini berdoa, diberitahu sesuatu oleh Roh Kudus, kata-Nya: ‘Di dalam hati kamu tidak ada Firman Tuhan.’ Sudah, cuma itu saja yang ingin disampaikan. Tante juga tidak mengerti apa maksudnya. Maaf ya, sudah mengganggu waktu kamu hari ini.”
Kami berbicara tidak sampai lima menit. Lalu ibu tua ini tidak enak hati, dan buru-buru permisi pergi
Saya mencari ruangan lain yang sepi. Di sana, saya merenung lama sekali. Jujur, saya merasa terpukul.
Ibu tua ini memang tidak tahu keadaan saya, karena hubungan kami tidak dekat. Tetapi memang benar, saya sudah lama di rumah tidak membaca Alkitab, sampai sudah tidak ingat lagi kapan terakhir membacanya.
Kok bisa ketahuan ya? Mengapa teguran itu harus disampaikan melalui orang lain?
Pulang ke rumah, saya masih linglung. Namun, saya mencoba berdalih di dalam hati: “Toh saya sudah membaca Alkitab sampai tamat. Bukan satu kali, bukan dua kali, tetapi sudah berulang-ulang kali dengan lengkap. Seingat saya, minimal sudah tujuh kali tamat. Bahkan, saya sudah membuat ringkasan poin-poin penting dalam sebuah buku.
Oleh karena itu, sudah tidak menarik lagi. Bosan banget rasanya kalau diulang-ulang terus.
Masa iya harus baca lagi?
Baca terus sampai kapan?
Sesudah berpikir keras, merenung semalaman, saya baru menyadarinya dan bersyukur. Masih bagus sudah diingatkan oleh si ibu. Masih belum terlambat untuk mengubah diri. Besoknya, saya mulai lagi kegiatan malam yang sudah lama ditinggalkan. Saya kumpulkan istri dan ketiga anak saya. Saya desak mereka untuk baca Alkitab bersama dan bahas.
Awalnya tidak mudah, merasa canggung dan timbul protes. Tidak mudah untuk duduk bersama di jam-jam saat anak-anak sibuk mengerjakan PR, saat mereka banyak ulangan, ataupun anggota rumah lainnya sedang menonton film atau sedang asyik dengan handphone masing-masing. Sebab mereka sama seperti saya: sudah selama itu pula mereka tidak pernah membaca Alkitab di rumah. Perbuatan membaca Alkitab hanya dilakukan saat di gereja.
Puji Tuhan Yesus. Dia maha tahu, kelemahan kita tidak tersembunyi di hadapan-Nya. Dia mengingatkan kita sebelum terlambat.
Segala Kemuliaan hanya bagi nama Tuhan Yesus
amin