Suara Sejati
Tujuan dari Sakit yang Diderita (Bagian Pertama)
Sdr. Klement, Gereja cabang Cianjur
Ketika saya duduk di SMA kelas 1, saya menderita sakit parah. Saat itu, saya menderita sakit pencernaan selama bertahun-tahun. Saya merasa Tuhan tidak peduli dengan saya, sehingga iman saya menurun dan jauh dari Tuhan. Saya seringkali bersungut-sungut kepada Tuhan, mengapa Ia memberikan penyakit yang berat, sehingga saya harus menunda kuliah saya selama satu tahun. Ketika teman-teman saya mengenyam pendidikan kuliah, saya harus menderita penyakit yang cukup menyiksa.
Sampai suatu hari Papa saya mengajak saya berdoa (di Cianjur ada doa malam setiap hari Selasa). Saya berdoa memohon kesembuhan kepada Tuhan, tetapi Ia tidak juga mengabulkannya. Saya pun merasa kesal kepada Tuhan, mengapa saya sudah berdoa kepada-Nya, namun Ia tidak menyembuhkan saya.
Sampai suatu saat ketika saya berdoa, seperti ada yang menyadarkan saya, bahwa saya harus berserah kepada Tuhan, dan percaya kepada-Nya, apa pun jawaban dari Tuhan adalah yang terbaik. Saya yakin jika Tuhan mau menyembuhkan, saya akan sembuh. Tetapi apabila Tuhan tidak memberikan kesembuhan, bukan karena Ia tidak peduli atau tidak mampu, tetapi karena Ia mempunyai rencana yang lebih baik. Ketika saya mulai sadar dan tidak memaksakan kehendak saya sendiri, puji Tuhan tiba-tiba suatu hari rasa sakit yang saya alami hilang, tampaknya saya sembuh, dan saya sangat bersyukur kepada Tuhan.
Lama kelamaan, saya mulai menyadari bahwa ketika Tuhan memberikan penyakit itu, bukan karena Ia tidak mengasihi saya, tetapi Ia memang mempunyai rencana yang lebih indah. Pertama, sejak kecil saya tidak pernah terpikir untuk belajar musik, apalagi piano, karena saya lebih suka berolahraga seperti sepak bola atau futsal. Tetapi karena sakit itu, saya tidak dapat berolahraga terlalu berat, sehingga saya mulai mengalihkan hobi saya dengan mencoba bermain piano. Akhirnya, dengan terheran-heran, saya bisa bermain piano, dan saya mulai dapat melayani Tuhan dengan bermain musik di gereja. Ternyata Tuhan ingin memberikan saya kesempatan untuk melayani-Nya.
Kedua, ketika sakit, saya sempat akan masuk kuliah di salah satu universitas musik di Bandung. Pergaulan di universitas itu tergolong kurang baik, yang dapat saja menjatuhkan iman dan kerohanian saya. Tetapi berkat penyakit yang saya alami, saya tidak jadi masuk ke universitas itu, dan akhirnya Tuhan mengarahkan saya untuk masuk ke Universitas Satya Wacana di Salatiga.
Ketika mencoba masuk ke Universitas Satya Wacana, saya sempat merasa minder, karena ujian musik di sana cukup banyak dan saya tidak yakin apakah saya bisa lolos. Tetapi saat itu Papa saya mengajak saya untuk berdoa sebelum memulai ujian, dan menyerahkan segalanya kepada Tuhan. Puji Tuhan, setelah beberapa minggu dan hasil ujian diumumkan lewat telepon, ternyata saya lulus masuk ke universitas itu. Dari sekian banyak peserta yang mengikuti ujian masuk, ternyata saya adalah salah satu dari hanya sepuluh orang yang lolos. Sungguh kuasa Tuhan yang ajaib.
Pada akhirnya, saya menyadari bahwa berkat penyakit yang saya alami, saya dapat melayani Tuhan dengan bermain musik, dan saya dapat kuliah di Salatiga dan tinggal di wisma pendidikan. Di sana saya banyak sekali memperoleh kesempatan untuk melayani Tuhan. Di sini saya menyadari bahwa Tuhan itu baik dan mengasihi saya. Ia menginginkan agar iman rohani saya terpelihara dan semakin giat melayaniNya.
Tidak hanya di situ, ternyata tantangan demi tantangan terus berdatangan. Selama kuliah, saya mengalami banyak masalah, dan juga masalah kesehatan pada syaraf tangan, dan hal ini mempengaruhi kuliah saya terutama pada instrumen piano. Saya sempat berpikir ……..
Kesaksian ini akan dilanjutkan pada bagian terakhir
Segala Kemuliaan hanya bagi nama Tuhan Yesus
Amin