Suara Sejati
Di Balik Kematian (Bagian Pertama)
Pdt. Paulus Franke Wijaya
Setiap manusia menganggap kematian adalah sesuatu yang menyedihkan dan bahkan dihindari, sebagian orang berpikir kematian juga adalah suatu kesialan yang bisa hadir dalam hidup kita. Memang setiap kita yang mengalami kehilangan orang-orang yang kita kasihi bukanlah perkara yang mudah untuk dilewati, tetapi apakah kita bisa melihat dengan mata rohani, adakah Allah turut bekerja di balik kematian? (Rm. 8:28)
Pada tahun 2014-2017, saya memperoleh kesempatan dari Tuhan untuk bertugas di Pulau Bangka. Gereja Yesus Sejati di Kota Pangkalpinang, Pulau Bangka, telah ditahbiskan pada tahun 2009. Banyak pengalaman-pengalaman rohani yang berharga di manapun kita para hamba Tuhan bertugas. Salah satu pengalaman yang begitu berharga adalah ketika saya mengenal seorang anak bernama Andreas.
Anak ini bisa percaya dan masuk ke Gereja Yesus Sejati, karena kursus gratis yang diadakan oleh gereja. Pada saat itu anak ini mau datang ke Sekolah Minggu, lalu belajar bersama di gereja. Dari yang tidak bisa membaca, dia sampai bisa membaca, sehingga di sekolah yang dahulu mendapatkan nilai yang kurang maksimal, kemudian memiliki nilai yang semakin meningkat, bahkan lebih baik. Sehingga kakek-nenek dan ibunya (seorang pembantu rumah tangga) mengizinkannya untuk terus pergi ke gereja. Dan pada akhirnya anak ini beserta ibunya menerima anugerah keselamatan, yaitu sakramen baptisan air. Hanya saja kakeknya yang bekerja sebagai satpam dan neneknya yang tinggal di rumah belum dibaptis dan masih beribadah di gereja lain.
Beranjaknya usia, Andreas semakin bertumbuh secara fisik dan rohani, taat kepada keluarga, rajin belajar di sekolah dan rajin beribadah dan melayani Tuhan. Walaupun masih SD, ia diajarkan bermain keyboard dan akhirnya membantu dalam pelayanan di gereja. Setiap kali ia tidak sempat atau lupa dijemput oleh gereja, Andreas bisa menangis karena tidak dapat pergi ke gereja. Bahkan sebelum mobil gereja datang untuk menjemput, ia adalah yang paling siap berangkat dan sudah menunggu. Kita mengajarkannya memainkan lagu-lagu kidung rohani yang baru dengan keyboard, dan ia sangat semangat. Bahkan ketika diajarkan bermain harmonika-pun ia juga sangat suka untuk melayani Tuhan.
Antara tahun 2014-2015, Kebaktian Penghormatan Orang Tua pertama kalinya diadakan di GYS Bangka. Yang mengikutinya hanya dua orang saja yang usianya mencapai 60 tahun ke atas. Andreas berkata kepada neneknya, bahwa di gereja ada Kebaktian Penghormatan Orang Tua: “Kalau Popo dibaptis, maka Popo bisa mengikuti acara ini, dan Andreas ingin lihat Popo maju ke depan.” Ini kata-kata yang pernah diucapkan Andreas kepada neneknya, dan perkataan ini masih melekat dalam hati neneknya. Ketika Andreas beranjak SMP, suatu hari ketika ada ujian sekolah dan Andreas belajar di gereja. Setelah menerima kabar pengumuman bahwa dirinya masuk lima besar, Andreas langsung mengirim pesan kepada saya, dan berterima kasih kepada Tuhan dan gereja yang telah membantu sehingga memperoleh ranking dan nilai yang bagus. Saya pernah bertanya secara pribadi kepadanya, kelak dewasa apa cita-citanya? Andreas berkata bahwa ia ingin menjadi pendeta, dan kedua ingin menjadi pengusaha. Saya mendengarnya sungguh senang dan terharu, karena ia adalah masa depan generasi GYS Bangka.
Awal tahun 2015, kita melihat sesuatu yang aneh terjadi pada tubuh Andreas. Dia yang memiliki badan sehat dan gemuk, tiba-tiba berat badannya menyusut hingga sepuluh kilogram. Akhirnya kita beberapa kali memeriksakan Andreas kepada dokter yang ada, tetapi tidak tidak dapat diketahui apa penyebabnya. Kondisi badannya tampak kurus, dan seringkali mengalami sakit batuk pilek, karena daya tahan tubuhnya menjadi lemah sehingga mudah terserang penyakit. Kita memberikan vitamin dan makanan kepadanya. Sampai suatu ketika, saya memeriksakan Andreas kembali kepada dokter langganan anak saya di Bangka, dengan mengharapkan agar dokter ini bisa mengetahui Andreas semakin kurus.
Ketika diperiksa, dokter memegang perut Andreas, dan mendapatkan suatu benjolan di dalamnya. Lalu dokter mempersilakan Andreas keluar dan berbicara secara pribadi dengan saya. Dokter menemukan kejanggalan, yaitu ada benjolan dan kemungkinan besar adalah kanker hati atau ginjal. Akhirnya dokter menyuruh untuk memeriksakan darah di laboratorium Pangkal Pinang Bangka. Hasil darahnya ternyata tidak bisa diukur dengan alat yang ada di laboratorium Bangka, sehingga dikirim ke Palembang. Saya dengan dokter merasa gelisah menunggu hasilnya, sampai suatu waktu dokter menelepon laboratorium yang di Palembang. Hasilnya,……
Kesaksian ini akan dilanjutkan pada bagian terakhir
Segala Kemuliaan hanya bagi nama Tuhan Yesus
Amin