Suara Sejati
Goncangan Iman
“Sdri. Tanti Yulia (Lalan), Gereja cabang Bandung”
Tanggal 28 November 2020, suami saya pergi potong rambut. Saat pulang dia merasa badannya kurang sehat. Beberapa hari kemudian, keluhannya semakin parah, demam dan menggigil. Saya curiga suami tertular Covid-19, tapi suami bersikeras, bukan katanya.
Seminggu kemudian, suami mulai tidak bisa mencium bau. Barulah dia yakin itu Covid-19. Perasaan kami jadi campur aduk, bingung, takut, dan sedih. Suami saya langsung pindah kamar ke lantai dua. Anak-anak saat itu masih ujian sekolah, tentu saya kuatir kami semua akan tertular. Saya terus berdoa dengan sungguh-sungguh, memohon petunjuk Tuhan Yesus. Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan, karena ini bukan penyakit biasa. Mau dibawa ke dokter, saya takut. Kalau tidak dibawa, takut kondisi suami makin parah. Sungguh bingung sekali.
Setelah anak-anak selesai ujian, akhirnya saya memutuskan bawa suami ke UGD. Hasil rapid test negatif tapi CT-scan thorax mengarah ke Covid-19. Ruang isolasi penuh. Saat itu Bandung sedang zona merah. Karena tidak bisa dirawat, akhirnya saya bawa suami pulang ke rumah.
Ketakutan dan kuatir selalu menghantui membuat iman jadi lemah. Awalnya saya masih percaya bahwa semua terjadi atas izin Tuhan, Dia pasti akan menolong kami. Tapi iman itu melemah. Saya terus memikirkan hal-hal buruk. Namun saya terhibur ketika mendengar lagu KR 366. Saya terus berdoa mohon Tuhan kuatkan dan agar saya dan anak-anak sehat supaya bisa mengurus suami yang sakit. Saya pun dikuatkan ketika membaca Markus 11:24.
Seminggu kemudian kami jalani swab test, hasilnya suami positif sedangkan saya dan anak-anak negatif. Sungguh saya bersyukur walau merasa heran. Mengapa hasil tes kami negatif? Padahal selama hampir 3 minggu, kami selalu bersama. Sungguh, jika bukan karena kemurahan-Nya, tidak mungkin saya dan anak-anak tidak tertular.
Saya pun membawa suami ke klinik COVID-19 di RS Borromeus. Kondisi suami sangat lemah, batuknya sering. Dokter lalu memberi obat. Harusnya suami dirawat, tapi semua kamar RS penuh, jadi terpaksa isolasi mandiri lagi di rumah, sambil terus berharap Tuhan tolong dan sembuhkan.
Tiap kali bawa suami ke RS, saat swab test, dan saat ke klinik COVID, saya selalu merasa ketakutan. Sampai terpikir, jika terus begini, saya merasa berdosa karena meragukan kuasa- Nya.
Setelah sekian waktu, keadaan suami membaik. Minggu berikutnya saat menjalani swab test, akhirnya hasilnya negatif. Puji Tuhan Yesus, akhirnya suami saya sembuh.
Saya teringat sebuah kalimat “Berilah imanmu makan, maka rasa takutmu akan mati kelaparan.” Tapi sungguh tidak mudah beriman di masa sulit. Hanya dengan terus berdoa dan merenungkan Firman-Nya, iman saya dapat bertahan.
“Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.” (1 Korintus 10:13)
Segala Kemuliaan hanya bagi nama Tuhan Yesus,
amin.