Suara Sejati
Asam Lambung
“Sdri. Eviana, Gereja cabang Samanhudi, Jakarta”
Selama masa pandemi ini, saya pernah beberapa kali harus isolasi mandiri. Oleh karena tempat saya bekerja mengharuskan untuk bekerja tatap muka, maka dengan terpaksa saya masih harus pergi dan pulang antara tempat kost dan kantor.
Suatu kali, kami mendapat kabar bahwa salah seorang teman di tempat kost terinfeksi Covid-19. Berhubung saya sering berkunjung ke tempat teman tersebut, akhirnya saya pun menjalani test. Puji syukur, hasilnya negatif.
Di lain kesempatan, suami dari yang empunya tempat kost kami ternyata terinfeksi Covid-19. Dengan demikian, seluruh penghuni kost harus di test. Puji Tuhan, hasil test saya negatif.
Selain hal-hal di atas, saya memiliki masalah kesehatan pribadi. Oleh karena saya sering merasa kuatir, saya menderita GERD (Gastroesophageal Reflux Disease)—berbalik naiknya asam lambung sampai ke kerongkongan dan mulut. Penyakit tersebut seringkali membuat saya sesak nafas, kaki seperti mati rasa dan ingin muntah.
Akhir tahun 2020, saya sangat merasa terpukul karena penyakit itu. Awalnya, dokter melakukan USG (Ultrasonografi) pada bagian perut, dan menyimpulkan bahwa ada kelainan pada lambung—entah berlubang atau menipis. Untuk lebih memastikan, saya harus menjalani tes endoscopy—yaitu tindakan memasukkan selang medis panjang ke dalam organ pencernaan.
Saya terus memikirkan diagnosa sementara dari dokter, “ jika lambung berlubang, maka harus dioperasi dan bagaimana caranya saya dapat menanggung itu semua?”
Seminggu berlalu, tibalah waktu menjalani endoscopy. Saya dibius lokal dan selang medis panjang dimasukkan melalui mulut sampai ke dalam perut. Saya tidak menyangka bahwa selang tersebut begitu panjang! Setelah dilakukan pengecekan, puji Tuhan, lambung tidak ada yang berlubang.
Namun, dokter kembali menjelaskan bahwa naiknya asam lambung yang berulang kali dapat mengikis lapisan pelindung pada kerongkongan.
Oleh karena itu, jika dibiarkan terus-menerus, dan lapisan pelindung akhirnya terkikis habis, bisa fatal akibatnya saat kerongkongan—yang tanpa lapisan pelindung—terkena cairan asam lambung.
Akhirnya, dokter memberikan obat untuk menangani penyakit asam lambung yang saya derita.
Selain itu, saya juga harus menjalani tes gastroscopy yang khusus untuk menganalisa kelainan pada maag dan bagian dari usus kecil dan tes-tes lainnya.
Saya begitu sedih dan kuatir setiap kali melihat hasil-hasil tes tersebut. Tetapi puji Tuhan, karena ada saudara-saudari seiman yang terus membantu doa dan doa bersama-sama.
Saya sangat bersyukur bahwa melalui persekutuan-persekutuan yang saya ikuti, saya dapat menceritakan masalah-masalah yang saya hadapi dan kami semua dapat saling mendoakan.
Segala Kemuliaan hanya bagi nama Tuhan Yesus
amin