Suara Sejati
Khasiat Saling Mendoakan (Bag 1)
“Sdr. Chandra Gunawan, Gereja cabang Jakarta”
Aku adalah seorang tunanetra sejak kecil, sekaligus memiliki gangguan serius pada pendengaranku.
Pagi itu, tanggal 24-Februari-2015, aku terpeleset di kamar mandi. Tanpa ampun, rusuk kiriku menghantam pinggiran toilet. Untuk beberapa saat aku terduduk di lantai kamar mandi karena menahan rasa sakit yang teramat sangat. Aku berusaha bangun sendiri dan pergi beristirahat di kamar tidur.
Kebetulan hari itu aku tidak mempunyai janji memijat kaki pelanggan (refleksi kaki), sesuatu yang rutin dilakukan sebagai nafkah hidup anak dan istriku. Aku pikir mungkin dengan beristirahat, aku bisa mengurangi rasa sakit tersebut.
Memang, esok harinya rasa sakit sudah jauh berkurang. Namun, masih terasa, terutama bila aku hendak bangun dari posisi berbaring.
Rasa sakit itu juga kembali menyerang saat aku menumpang ojek motor yang melewati jalanan bergelombang dan berbatu. Aku sampai harus menahan napas agar tidak meng”aduh-aduh.”
Empat hari setelah kejadian tersebut, adikku mengajak pergi ke dokter spesialis tulang. Dari hasil USG tampak ada dua rusuk kiri yang retak, yaitu rusuk ke-11 dan 12. Aku bersyukur rusuk-rusuk itu tidak sampai patah.
Dokter hanya memberikan obat untuk mengurangi rasa sakit, itu pun katanya jika rasa sakit sudah tidak tertahankan. Untung aku termasuk orang yang kuat menahan derita sakit, sehingga aku merasa belum perlu minum obat tersebut. Dokter berpesan agar aku tidak menggunakan tenaga besar saat melakukan sesuatu, yang berarti aku tidak boleh mengangkat beban.
Katanya, jika aturan dokter aku laksanakan, menurut perhitungan dalam waktu empat bulan keadaanku akan pulih. Mungkin butuh waktu sekian lama karena usiaku yang saat itu sudah 45 tahun. Mungkin kalau pasien yang anak muda, lebih cepat sembuh.
Kecelakaan yang aku alami ternyata membuat heboh semua saudaraku, apalagi setelah mama juga mengetahuinya. Padahal aku paling tak ingin mama jadi repot. Sejak aku kecil, mama selalu memberikan perhatian yang berlebihan untukku. Aku semestinya bersyukur diberi keluarga yang sangat baik.
Mama membawaku berobat ke sinshe kenalannya. Setelah melihat hasil USG rusuk kiriku yang retak, sinshe itu kemudian menempelkan ramuan obat ke daerah rusuk yang retak, dan aku diharuskan kembali lagi setelah lima hari untuk mengganti ramuan obat baru.
Agak repot memang, tapi yang membuatku kesal karena sinshe memberikan peraturan yang lebih keras dari dokter sebelumnya, yaitu: Aku tidak boleh bekerja selama empat bulan.
Padahal aku tak mungkin berhenti bekerja sama sekali, walaupun kakakku yang tertua hendak menanggung biaya hidupku sekeluarga selama aku belum diperbolehkan bekerja. Alasannya adalah: Karena aku bukan jenis orang yang manja. Aku yakin masih bisa pergi bekerja, walau tentu harus membatasinya sesuai dengan kondisiku.
Pulang dari tempat sinshe, aku masuk ke kamar dan berlutut, bersiap memulai doa karena aku percaya Tuhan Yesus sanggup mengobati dengan cara yang jauh lebih baik.
Tapi mendadak handphone berbunyi. Biasanya ada pesan pendek (SMS) yang masuk. Handphone ini memakai aplikasi khusus untuk tunanetra, yang menerjemahkan tulisan menjadi suara. Dan karena aku punya masalah serius di pendengaran, aku juga memakai alat bantu dengar.
Ternyata……
Kesaksian ini akan dilanjutkan pada bagian terakhir
Segala Kemuliaan hanya bagi nama Tuhan Yesus
amin