Suara Sejati
Krisis Air
Sdri. Deniawati Gunawan, Gereja cabang Tangerang, Banten
Sejak menikah, kami tinggal di kota Balikpapan. Sejak awal bulan agustus 2020, sudah sebulan kami kesulitan mendapatkan air bersih. Awalnya, kami berpikir bahwa ada perbaikan pipa PDAM di wilayah kami sehingga air tidak mengalir.
Akibatnya, kami harus membeli air tandon yang harganya jauh lebih mahal. Kami sudah mencoba telpon ke kantor PDAM. Namun, setelah menunggu sekian waktu, tidak ada jawaban yang pasti dari kantor PDAM.
Di minggu ke-2, air mulai mengalir tetapi debitnya kecil dan hanya mengalir di waktu subuh antara pukul 02:00 sampai dengan pukul 05:00 subuh.
Awalnya, kami masih kuat bergantian bangun tengah malam demi mendapatkan air bersih, sambil mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti: Memasak, mencuci piring, mencuci pakaian, dan mengangkat beberapa ember berisikan air ke lantai 2 untuk keperluan mandi anak kami yang masih kecil, dan pekerjaan rumah tangga lainnya.
Semua pekerjaan tersebut harus kami lakukan pada waktu tengah malam menjelang dini hari
Namun, menjelang minggu ketiga kami mulai kelelahan. Selain kami harus begadang, kami juga tetap harus bekerja seperti biasa pada siang sampai sore hari.
Memasuki minggu ke-4, keadaan mulai memburuk. Dalam kelelahan dan keputusasaan, mulai terjadi ketegangan di antara kami, suami-istri. Kami mulai sering bertengkar, saling mengeluarkan kemarahan kami secara bergantian.
Meskipun demikian, kami masih bersyukur karena kami begadang bergantian—sehingga saat saya emosi, suami yang sudah cukup tidurnya bisa sabar menghadapi saya, demikian pula sebaliknya. Kami mulai membawa masalah ini dalam doa secara khusus, memohon Tuhan membukakan jalan. Selain itu, kami juga meminta orang-orang terdekat untuk membantu dalam doa.
Kemudian, kami terpikir suatu cara untuk memasangkan Jetpump supaya bisa mendapat air. Namun, karena meteran air ruko kami tergabung dengan tetangga sebelah, kami mengalami kendala untuk menemukan saluran air pipa utama. Kami juga tidak memiliki denah pipa, sebab ruko kami beli dalam keadaan sudah jadi.
Tetangga yang mendengar kabar bahwa kami berencana untuk memasang Jetpump, segera mendahului kami dan mereka justru memasang jetpump di dekat meteran yang memang terletak di halamannya.
Akibatnya, setelah itu kami sama sekali tidak mendapatkan air, walaupun pada waktu dini hari, seperti biasanya kami tunggu-tunggu. Dengan rasa putus asa, kami memohon pada Tuhan agar dibukakan jalan.
Lalu kami berusaha mencari pipa utama di kamar mandi dan memasang Jetpump disana. Setelah rapi terpasang, airnya tetap tidak keluar. Semalaman saya merenung dan mengevaluasi diri, adakah tanggung jawab kami pada Tuhan yang belum dituntaskan? Saya menangis, memohon ampun pada Tuhan.
Suatu hari, seorang saudara memberitahukan kami bahwa ia memiliki kenalan orang PDAM yang dapat membantu. Ketika kami berbicara dengan petugas yang dimaksud, mereka berbalik meminta sejumlah nominal uang yang cukup besar menurut kemampuan kami.
Setelah menimbang-nimbang, kami relakan dan memutuskan bahwa lebih baik mengorbankan sejumlah harta daripada kesehatan tubuh dan jiwa terganggu amat sangat karena masalah air ini.
Akhirnya, dilakukanlah proses bypass ke pipa induk dan pemindahan meteran PDAM. Anehnya, setelah proses tersebut, air tak kunjung keluar. Betapa putus asanya kami. Kami hanya dapat berseru semakin keras, memohon Tuhan kiranya membukakan jalan keluar.
Saat saya berdoa, terasa seperti ada yang mengingatkan saya untuk tidak berasumsi negatif terhadap tetangga maupun petugas PDAM, juga untuk tidak marah saat tetangga mempersulit proses pencarian pipa utama dan pemindahan meteran air.
Saya pun menceritakan hal unik ini kepada suami dan berpesan agar ia jangan marah pada tetangga dan berusaha agar kita tidak merugikan tetangga saat kami melakukan bypass pipa.
Keesokan harinya, pengerjaan instalasi pipa dilanjutkan dan akhirnya, berhasil. Puji Tuhan Yesus! Air sudah mengalir secara normal. Penderitaan kami karena masalah air ini dapat berakhir.
Selama mengalami masalah ini, Tuhan Yesus mengajarkan keluarga kami untuk:
- Tidak bersungut-sungut dan mencobai Tuhan saat kesesakan tiba, seperti halnya bangsa Israel pada saat mereka berada di Masa dan Meriba (Keluaran 17:1-7)
- Memohon pengampunan-Nya dan berdamai dengan orang sekitar kita serta membuang asumsi-asumsi negatif tentang mereka—saat kita datang ke hadapan Tuhan dalam doa (Markus 11:25-26)
- Memahami bahwa kesungguhan iman dalam doa dapat terpengaruh akibat kelelahan secara fisik dan pikiran—hingga akhirnya membuat hati menjadi bimbang, tidak ada damai sejahtera dan kurang percaya. Namun, jika kita beriman dan tidak bimbang hati, maka segala permasalahan—menggunung sekalipun—dapat diselesaikan.
Segala Kemuliaan hanya bagi nama Tuhan Yesus
amin