Suara Sejati
Jangan Khawatir, Kejarlah Tuhan (Bagian Pertama)
Sdri. Siauw Ling, Gereja cabang Samanhudi, Jakarta
Siapakah yang dapat menebak, apa yang akan terjadi lima menit kemudian? Lima jam kemudian? Bahkan besok apa yang akan terjadi, tidak ada yang dapat mengetahuinya.
Manusia diberikan akal budi oleh Tuhan agar dapat berpikir. Namun, penggunaan akal budi dan kemampuan tanpa hikmat akan menjadi percuma. Di dunia, banyak orang pandai tetapi sedikit yang berhikmat.
Orang pandai dapat menjadi sombong dan mengandalkan diri sendiri, sedangkan orang berhikmat takut akan Allah dan mengandalkan Allah di dalam hidupnya. Seperti yang difirmankan dalam kitab Amsal, “Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan” (Ams. 1:7).
Saya pun ingin menjadi orang berhikmat, tetapi kadangkala lebih banyak mengandalkan kekuatan diri sendiri.
Mulai dari akhir tahun 2019 sampai dengan awal bulan Januari 2020, sudah tersebar berita tentang virus corona, COVID-19, yang menyerang negara Tiongkok. Awalnya, saya tidak pernah berpikir bahwa negara Indonesia juga akan terkena dampak yang cukup besar dari virus tersebut.
Mulai dari pertengahan Maret 2020 saat Pembatasan Sosial Berskala Besar diadakan, saya masih merasa biasa-biasa saja. Setelah melewati dua bulan, saya mulai merasa gelisah dan takut, apalagi ditambah dengan ekonomi keluarga yang terkena dampak amat besar.
Saya bekerja sehari-hari sebagai seorang ibu rumah tangga. Suami-lah yang bekerja mencari nafkah. Saat ini, kami juga harus membayar cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang lumayan besar setiap bulannya. Tabungan kami sudah habis untuk membangun rumah. Sedangkan, sudah dua bulan ini tidak ada pemasukan. Biaya sekolah untuk tiga anak dan biaya kehidupan sehari-hari keluarga lumayan besar. Setiap hari tekanan hidup terasa semakin berat.
Apakah saya dan suami tidak berdoa? Kami berdoa setiap hari dan memohon Tuhan untuk membantu kami. Di sinilah saya diuji oleh-Nya.
Setiap hari, tanpa sepengetahuan suami, saya berdoa sendiri sambil menangis. Saya tidak dapat tidur selama beberapa hari. Sungguh-sungguh tidak ada damai sejahtera di hati, yang ada hanyalah ketakutan demi ketakutan: “Bagaimana besok saya bisa menghidupi keluarga? Bagaimana saya dapat membayar uang sekolah? Bagaimana mungkin dapat membayar KPR? Mau makan apa besok jika uang tidak cukup? Bagaimana jika anak-anak tidak dapat sekolah lagi? Bagaimana jika rumah disita oleh bank?” Masih banyak kekhawatiran lainnya yang berkecamuk dalam pikiran.
Saya yakin suami juga memikirkan hal-hal serupa, tetapi saya tidak mau menambah beban baginya. Sampai suatu hari di dalam keterpurukan saya, tiba-tiba terlintas pikiran yang tidak boleh dipikirkan oleh anak Tuhan, yaitu: bunuh diri. Saya tidak berpikir untuk bunuh diri, tetapi saat itu seperti ada suara yang berkata, “Lebih baik mati saja, semuanya akan selesai.”
Puji Tuhan, saya cepat-cepat disadarkan Tuhan dan saya langsung berdoa memohon pengampunan Tuhan. Tuhan menyadarkan saya dan Tuhan mengasihi saya. Mulai detik itu, saya ubah doa saya—yang awalnya doa seperti mendikte Tuhan, “Tuhan saya ingin seperti ini dan seperti itu” sekarang menjadi doa dalam penyerahan dan pengaturan Tuhan agar kehendak-Nyalah yang terjadi.
Seperti halnya nasehat yang tertulis dalam Injil Matius, “Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu” (Matius 6:30-32).
Saya bersyukur karena telah ikut dalam grup WhatsApp pemuda berkeluarga di Gereja Yesus Sejati. Di grup inilah saya mulai tertarik untuk mendengarkan seri audio khotbah Gereja Yesus Sejati yang ada di negara lain, yang telah dibagikan link-nya. Biasanya saya hanya mendengarkan khotbah gereja setempat saja.
Saya ingat, khotbah pertama yang saya dengarkan dan saya tulis rangkumannya berjudul…..
Kesaksian ini akan dilanjutkan pada bagian terakhir
Segala Kemuliaan hanya bagi nama Tuhan Yesus
amin