Suara Sejati
Aku Cuma Punya Yesus (Bagian Akhir)
Sdri. Novi Candra Dewi, Gereja cabang Cilacap
Kemudian, dokter menjelaskan bahwa diagnosa terkini penyakit saya ternyata ada pada kelenjar getah bening. Ukurannya saat itu sudah mencapai sekitar 1,5 centimeter. Dokter melanjutkan lagi, “Kalau ini tidak diobati, dikuatirkan akan menjadi kanker. Oleh karena itu, ibu harus diobati dan saya bantu rujuk ke dokter bedah.”
Karena merasa tidak tahan lagi, saya menangis saat mendengar penjelasan dokter. Saya memikirkan anak-anak yang masih kecil dan suami saya yang sedang sakit. Kalau saya sakit juga, siapakah yang akan mencari nafkah dan menjaga mereka? Saya sungguh sedih, stress sekali. Saya ceritakan hal ini ke kakak saya, Onni. Dia memberi semangat dan mendoakan saya setiap hari.
Mungkin karena saya banyak beban pikiran, saya mulai mudah emosi. Saat itu, saya belum dapat berserah sepenuhnya pada Tuhan. Rumah tangga semakin kacau dan ekonomi rumah tangga semakin tidak jelas. Akibatnya, saya dan suami sering berselisih bahkan sampai akhirnya pernah ribut besar.
Saat itu, saya ingin menenangkan hati dan pikiran. Saya putuskan untuk pulang ke Cilacap dan kebetulan ada ibu saya di sana.
Delapan hari saya tinggal di Cilacap. Suatu kali, saya dihubungi oleh pendeta. Sebelumnya memang seringkali saya berkeluh-kesah via WhatsApp ke istri pendeta. Pendeta memberikan semangat serta kata-kata yang membangun iman. Sampai akhirnya saya kembali ke Jakarta. Saya pun dibantu doa oleh pendeta dan diajak berdoa bersama setiap jam sembilan malam.
Setelah seminggu berdoa bersama-sama, saya sungguh merasa hati ini mulai berubah. Pada malam hari, saya sudah mulai dapat tidur dengan pulas. Padahal, sebelumnya sangat sulit bagi saya untuk bisa tidur pulas sampai pagi hari.
Puji Tuhan, selain dapat tidur pulas di malam hari, hati pun terasa lega. Saya teruskan mengikuti doa malam dan doa pagi, bahkan sampai saat ini pun tetap saya lakukan. Dalam hati terasa semakin lega, tidak stress lagi memikirkan penyakit, tidak pula khawatir memikirkan sekolah anak bungsu saya. Kesemuanya saya serahkan sepenuhnya ke dalam tangan Tuhan.
Awalnya, saya stress karena masalah ekonomi, sehingga membuat pikiran saya menjadi buntu. Namun, setelah sekarang saya semakin dekat pada Tuhan, Tuhan pun membuka jalan. Saya semakin semangat berjualan baju, sprei, maupun gordin.
Puji Tuhan, hampir setiap hari ada saja yang memesan baju daster. Bahkan saya juga turut membantu suami menjual laptop bekas ataupun menawarkan jasa perbaikan laptop. Komunikasi saya dengan suami, yang awalnya tersendat, sekarang sejak saya membantu dia menjual laptop, kami memiliki bahan obrolan bersama.
Kemudian perihal penyakit yang saya derita, juga tidak saya jadikan sebagai beban pikiran lagi. Saat bertemu dengan dokter bedah, saya serahkan semua seakan-akan tidak ada rasa takut sedikit pun. Dokter berkata, jikalau memang saya harus di operasi, maka sebaiknya dilakukan saja. Menanggapi saran dokter, saya jelaskan kepada dokter mengenai keadaan rumah tangga saya yang tidak menunjang. Selain anak-anak saya tidak ada yang menjaga, Suami juga akan kerepotan jikalau harus menjaga saya dan anak-anak, jika saya dioperasi. Oleh karena itu, saya memohon agar kiranya pengobatan dapat dilakukan rawat jalan saja tanpa harus dioperasi. Dokter pun menyetujui permohonan saya.
Puji Tuhan bahwa sampai saat ini saya masih diberikan kesehatan dan semangat untuk mencari nafkah. Saya merasakan pertolongan Tuhan dalam beberapa hal:
- Biaya pengobatan saya ditunjang oleh BPJS dan Tuhan lancarkan semua proses administrasinya,
- Saya dipertemukan dengan tiga dokter yang baik, bahkan saat saya telpon pun, mereka menanggapinya dengan sabar,
- Saya tidak tertular virus corona dalam proses bolak-balik rumah sakit dan melewati berbagai pemeriksaan-pemeriksaan medis lainnya,
- Tuhan memulihkan iman saya kembali, yang sebelumnya sudah pudar bahkan sampai pada titik saya mulai merasa putus asa.
Segala Kemuliaan hanya bagi nama Tuhan Yesus
amin