Suara Sejati
Hanya Satu Nama
“Sdr. Johny Setiawan, Gereja cabang Tangerang”
Saat berusia 4 tahun, saya mengalami sakit yang parah sekali. Dokter menyatakan kondisi saya sangat kritis dan bisa meninggal. Walaupun sudah berobat ke dokter dan makan obat, tetapi penyakit saya tidak kunjung sembuh.
Kemudian nenek saya datang dari pulau Belitung membawa obat ramuan Tiongkok. Setelah meminumnya, saya pun sembuh. Sejak itu keluarga, termasuk saya sendiri, sangat percaya kalau obat ramuan Tiongkok lebih unggul dari obat dokter. Setiap sakit, maka kami akan mengkonsumsi obat Tiongkok. Kalau berobat, kami juga selalu pergi ke sinshe.
Karena tuntutan pekerjaan, sejak tahun 2008 saya sering sekali ke Jawa Tengah dan Jawa Timur. Untuk makan siang dan malam, menu andalan saya adalah nasi padang dan sate kambing. Untuk sarapan, nasi uduk atau lontong sayur. Akibatnya, saya mulai mengalami masalah dengan asam urat. Saat kambuh, persendian mata kaki terasa sakit sehingga menjadi sulit untuk berjalan.
Untuk mengatasi asam urat, saya mengkonsumsi sebuah obat Tiongkok. Awalnya dengan dosis yang ringan, dalam beberapa jam sudah jauh berkurang sakitnya dan bisa beraktivitas lagi. Namun setelah sekian waktu, saya harus meningkatkan dosisnya dan begitu seterusnya. Setiap kali kambuh, saya selalu andalkan obat itu supaya bisa kembali kembali beraktivitas tanpa terpincang-pincang jalannya.
Suatu kali, saat saya bertamu ke rumah ipar, saya mencoba untuk melakukan cek asam urat dengan alat digital miliknya. Mereka kaget sekali, karena asam urat saya menunjukan angka 11 mg/dl. Seharusnya kalau normal hanya 7 mg/dl untuk pria. Tetapi hasil cek tersebut saya abaikan, karena saat itu sedang tidak merasa sakit.
Awal Juli 2016, asam urat saya kembali kambuh sampai tidak bisa berjalan. Padahal saya sudah minum obat andalan, namun tidak mempan. Kaki saya sama sekali tidak bisa melangkah, sakit sekali rasanya.
Tanggal 9 Juli 2016, karena sudah tidak tahan lagi, saya dan istri memutuskan untuk pergi ke dokter. Saya harus dipapah istri dan anak sulung saya untuk bisa turun dari lantai atas. Saat itu, kondisi saya sudah setengah sadar dan tidak bisa berkomunikasi dengan normal. Lalu mendadak saya kejang dan mulut terkatup rapat. Melihat kondisi saya yang sudah parah, akhirnya istri langsung membawa saya ke sebuah rumah sakit di Tangerang.
Saya menderita koma. Tekanan darah saya berada di angka 215. Saya dinyatakan stroke. Berdasarkan hasil CT Scan, dokter mengatakan ada penyumbatan pembuluh darah di batang otak. Pendeta dan jemaat pun datang mendoakan saya. Sesudah sadar, dua hari kemudian saya menjalani tes daya ingat. Ketika ditanyakan nama anak-anak, saudara, dan sebagainya, saya masih bisa menjawab dengan baik. Lalu saya menjalani tes otot motorik. Disuruh angkat tangan kiri, kaki kanan, dan sebagainya, saya pun bisa mengikuti setiap instruksi dengan baik.
Saat kembali duduk di ranjang, saya merasa sangat kesakitan. Saya tidak mampu bangun dan duduk, apalagi untuk berdiri dan berjalan. Saya pun harus menjalani fisioterapi tulang punggung. Dokter mengatakan bahwa proses kesembuhan saya membutuhkan waktu 1-2 tahun untuk bisa pulih kembali.
Setelah sekian waktu berada di rumah sakit, saya mendesak untuk pulang dan akhirnya diizinkan oleh dokter. Namun sesampainya di rumah, saya kembali koma. Saat dicek, tekanan darah sudah diatas angka 200. Istri saya takut sekali dan mengajak anak-anak untuk berdoa bersama. Puji Tuhan Yesus! Saya sadar kembali. Tekanan darah saya juga menurun.
Lalu saya minta tolong istri menghubungi seorang sinshe di Semarang. Sinshe tersebut berjanji akan datang pada hari Selasa. Waktu terasa begitu lambat sedangkan saya hanya terbaring di ranjang. Saya sungguh takut, membayangkan kalau harus terbaring selama sisa hidup saya, tidak bisa duduk, berdiri ataupun berjalan.
Setiap malam, saya, istri dan 3 anak kami berdoa bersama. Saya berdoa sampai mencucurkan air mata. Saya percaya Tuhan Yesus bisa menyembuhkan. Saya juga memohon ampun untuk semua kesalahan saya. Saya hanya bisa berseru dan berserah kepada Tuhan.
Suatu hari seorang saudara saya datang. Dia mengajak seorang dokter pengobatan alternatif untuk menyembuhkan saya. Beliau berkata bahwa ada orang yang menjahati saya, dan ia melihat ada kawat di sekujur tubuh saya. Saya jawab dengan tegas: “Tidak mau! Saya hanya mau berserah dan percaya pada Yesus.” Ia menjawab, “Jika tidak segera diobati, kamu pasti meninggal dalam waktu dekat.” Tetapi saya tetap menolak untuk diperiksa olehnya. Akhirnya, kami meminta mereka untuk pulang.
Akhirnya hari Selasa, sinshe tiba dan saya diurut berkali- kali. Saya diminta duduk atau berdiri, tetapi tetap belum bisa. Kemudian saya diurut lagi. Sekitar jam dua subuh, saya terbangun dan ingin buang air kecil. Lalu saya coba ke posisi duduk. Ternyata bisa, walaupun sakit. Saya mencoba berdiri, ternyata bisa juga. Ketika membuka pintu, istri dan sinshe terkejut melihat saya sudah bisa berjalan pelan-pelan. Puji Tuhan Yesus. Saya sungguh sangat bersyukur sudah bisa duduk, berdiri dan berjalan pelan-pelan.
Besoknya pendeta dan jemaat gereja kembali datang membesuk. Mereka heran melihat saya yang dinyatakan stroke tapi bisa berjalan keluar dari kamar dan duduk.
Setelah mereka pulang, saya kembali berbaring. Saat itulah terasa tulang-tulang punggung saya berbunyi beberapa waktu lamanya, seperti ada suara derak-derik. Saya pun berdoa pada Tuhan Yesus dan percaya bahwa Tuhan sanggup menyembuhkan saya.
Menurut sinshe, kondisi saya sudah menunjukkan kemajuan yang menuju kesembuhan. Sebelum pulang, beliau menanyakan, “kok sebut-sebut berkat Tuhan? kalau saya tidak datang, apa kamu bisa sembuh? Apa bisa duduk, berdiri dan berjalan?” Saya kaget lalu menjawab, “Tuhan yang mengatur sinshe untuk datang mengurut, serta membantu proses penyembuhan saya. Semua karena pengaturan Tuhan, baru hal ini bisa terjadi.” Sinshe pun tersenyum.
Setelah menjalani pengobatan dan latihan fisik, akhirnya kesehatan saya semakin baik. Saat saya berbaring, sudah tidak ada bunyi derak-derik di tulang belakang. Sungguh, saya sudah sembuh total. Saya percaya semuanya karena kasih dan pengaturan-Nya.
Segala Kemuliaan hanya bagi nama Tuhan Yesus,
amin.