Apakah tujuan hari Sabat?
Semua orang memerlukan istirahat, betapa pun sibuknya mereka. Kita meluangkan akhir pekan untuk pergi bertamasya. Kita membutuhkan jeda untuk menjernihkan pikiran dan memulihkan tubuh kita, untuk mengisi ulang daya sebelum kembali bekerja.
Allah tidak membutuhkan istirahat seperti kita; Ia Maha Kuasa dan tidak pernah merasa lelah. Tetapi Allah beristirahat setelah menciptakan alam semesta:
“Ketika Allah pada hari ketujuh m telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu, berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu.” (Kej. 2:2)
Bapa kita yang pengasih menyadari kebutuhan kita lebih dari kita sendiri. Kita mudah terlena dalam perkara pribadi, tetapi Allah mengetahui bahwa Anda membutuhkan waktu untuk menyegarkan kembali tubuh dan roh Anda. Karena peduli dengan ciptaan-ciptaan-Nya, Ia menetapkan sebuah siklus mingguan dan hari terakhir di setiap minggu sebagai hari untuk beristirahat. Hari itu, yang disebut Sabat, adalah hari bagi kita untuk mengesampingkan rutinitas sehari-hari dan menikmati istirahat yang sangat kita butuhkan.
“Enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau lembumu, atau keledaimu, atau hewanmu yang manapun, atau orang asing yang di tempat kediamanmu, supaya hambamu laki-laki dan hambamu perempuan berhenti seperti engkau juga.” (Ul. 5:13-14)
Inilah sebabnya Tuhan Yesus berkata bahwa “Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat.” (Mrk. 2:27) Allah menetapkan hari Sabat bagi kita agar kita dapat beristirahat dan mengalihkan perhatian kita dari pekerjaan. Kita dapat memulihkan fokus kita pada jalan kehidupan yang benar.
Mengapa saya harus memegang hari Sabat?
Allah memberkati hari Sabat dan menguduskannya (Kej. 2:3). Ia mengkhususkan hari itu dari hari-hari lain dalam satu minggu. Dan Ia menyuruh kita, anak-anak-Nya, untuk mengingat hari Sabat dan menguduskannya.
Kita tidak memegang hari Sabat karena tugas dan tanggung jawab kita, tetapi karena berkat-berkat-Nya:
Mengingat penciptaan Allah
“Perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib dijadikan-Nya peringatan.” (Mzm. 111:4 – NKJV: “He has made His wonderful works to be remembered.”)
Sabat adalah sebuah hubungan yang nyata dengan ciptaan Allah. Ketika Anda beristirahat pada hari yang ketujuh, Anda mengenang bahwa dalam waktu lima hari, Allah menciptakan matahari dan langit, pohon dan bumi, sebelum Ia menciptakan manusia di hari keenam. Allah mempersiapkan segala sesuatu bagi ciptaan-ciptaan-Nya. Kita berhutang hidup, kesejahteraan, dan segala milik kita kepada-Nya. Ketika kita memegang hari Sabat, kita menghormati Tuhan Allah sebagai pencipta dan pemelihara kita. Dan kita dapat memelihara pandangan kita sepanjang setiap minggu pada tujuan hidup: untuk memuliakan Allah dengan apa yang Ia berikan kepada kita.
Mengingat kasih karunia Allah
Allah memberikan hari Sabat sebagai sebuah “tanda”, pengingat atas hubungan kita dengan-Nya:
“Hari-hari Sabat-Ku juga Kuberikan kepada mereka menjadi peringatan di antara Aku dan mereka, supaya mereka mengetahui bahwa Akulah TUHAN, yang menguduskan mereka.” (Yeh. 20:12)
Orang mudah lupa dengan kasih karunia Allah dan berkelana menjauhi-Nya. Di Perjanjian Lama, Allah menyuruh umat-Nya untuk memegang hari Sabat untuk mengenang bagaimana Ia membawa mereka keluar dari belenggu penjajahan ke tanah mereka sendiri (Ul. 5:15). Hari ini, memegang hari Sabat mengingatkan kita pada bagaimana Allah menyelamatkan kita dari kehidupan dosa dan ke dalam janji kerajaan-Nya yang mulia. Kita dapat bercermin pada hubungan kita dengan Allah, memeliharanya agar tetap kuat, dan semakin mendekat kepada-Nya.
Menerima berkat-berkat Allah
Memegang hari Sabat bukan sekadar kesempatan untuk mengenang kasih karunia Allah; tetapi juga cara untuk menerima lebih banyak berkat dari-Nya. Allah akan menggenapi janji-Nya kepada Anda apabila Anda setia memegang firman-Nya:
“Apabila engkau tidak menginjak-injak hukum Sabat dan tidak melakukan urusanmu pada hari kudus-Ku; apabila engkau menyebutkan hari Sabat ‘hari kenikmatan’, dan hari kudus TUHAN ‘hari yang mulia’; apabila engkau menghormatinya dengan tidak menjalankan segala acaramu dan dengan tidak mengurus urusanmu atau berkata omong kosong, maka engkau akan bersenang-senang karena TUHAN, dan Aku akan membuat engkau melintasi puncak bukit-bukit di bumi dengan kendaraan kemenangan; Aku akan memberi makan engkau dari milik pusaka Yakub, bapa leluhurmu, sebab mulut Tuhanlah yang mengatakannya.” (Yes. 58:13-14)
Allah menjamin kita dengan kelimpahan apabila kita percaya kepada-Nya dan mengabdikan satu hari setiap minggu bagi-Nya. Apabila kita dapat menyerahkan sepenuh hati kita kepada Allah dan hari-Nya yang kudus, Ia akan menghujani kita dengan berkat-berkat-Nya.
Bagaimanakah saya tahu kapankah Sabat yang benar?
Alkitab dengan jelas memberitahukan bahwa Sabat adalah hari ketujuh dalam satu minggu. Di dunia barat, kita menyebutnya sebagai hari Sabtu.
Sejak masa nenek moyang mereka, bangsa Israel mengakui dan memegang hari Sabtu sebagai Sabat. Tuhan Yesus memegang hari Sabat pada hari ketujuh. Begitu juga murid-murid-Nya.
Allah tidak pernah memerintahkan ibadah pada hari Minggu. Ibadah pada hari itu adalah buatan manusia. Kaisar Romawi bernama Konstantin secara resmi mengubah hari peristirahatan dari hari Sabtu ke hari Minggu. Hingga hari ini ibadah hari Minggu menjadi tradisi yang meluas di dunia Kristen.
Tetapi Allah tidak pernah mengubah hari Sabat. Tuhan Yesus tidak pernah meluputkan hari Sabat. Karena itu, kita memegang hari Sabat pada hari Sabtu, hari ketujuh, dan bukan hari Minggu yang merupakan hari pertama. Ibadah Sabat adalah salah satu dari Sepuluh Perintah, persyaratan dasar Allah bagi umat-Nya. Apabila kita sungguh-sungguh memegang perintah-perintah Allah, janji-janji Alkitab, kita akan memperoleh berkat.
Bagaimanakah saya memegang hari Sabat?
Beribadah bersama jemaat
Sabat adalah waktu bagi Anda untuk datang ke hadirat Allah bersama dengan seluruh umat Allah. Tuhan Yesus dan murid-murid-Nya meninggalkan teladan bagi kita (Luk. 4:16; Kis. 17:2). Hari Sabat bukanlah waktu untuk bersenang-senang sendiri, seperti menonton televisi, berbelanja di mal, mengurus ini-itu, atau bekerja. Di hari Sabat, Anda dapat menyingkir dari tanggung jawab duniawi dan meluangkan waktu bersama Allah:
- Menyanyikan puji-pujian,
- Mempelajari Alkitab
- Bersekutu dengan-Nya dalam doa.
Meluangkan waktu bersama sesama orang percaya juga memberikan kekuatan dan dorongan bagi Anda untuk memelihara rohani Anda di sepanjang minggu.
Membagikan kebaikan Allah
Yesus dan murid-murid-Nya juga meninggalkan teladan berbuat baik di hari Sabat. Di hari Sabat, Tuhan menyembuhkan orang-orang yang sakit dan lumpuh. Ia ingin menyatakan kepada orang-orang bahwa Allah dapat menyediakan istirahat dari penyakit atau kesakitan. Pernyataannya, “Boleh berbuat baik pada hari Sabat,” (Mat. 12:12) menjadi nasihat bagi kita di masa sekarang.
Murid-murid-Nya mengambil kesempatan pada hari Sabat untuk memberitakan kabar baik keselamatan Kristus. Ketika kita berkumpul dalam ibadah, kita dapat mengajak teman dan tetangga untuk bergabung bersama kita untuk menerima penyegaran rohani dan istirahat dari Tuhan. Kita dapat berdoa kepada Tuhan untuk menyembuhkan orang-orang yang sakit atau menderita dari beban berat. Kita dapat mengundang orang-orang yang membutuhkan pertolongan. Dengan demikian, kita membagikan berkat-berkat Allah kepada orang-orang lain.
Mengarahkan pandangan Anda pada kerajaan Allah
Hari Sabat menghubungkan kita dengan asal mula kita dalam penciptaan Allah; Sabat juga mengarahkan kita pada masa depan:
“Jadi masih tersedia suatu hari perhentian, hari ketujuh, bagi umat Allah. Sebab barangsiapa telah masuk ke tempat perhentian-Nya, ia sendiri telah berhenti dari segala pekerjaannya, sama seperti Allah berhenti dari pekerjaan-Nya.” (Ibr. 4:9-10)
Hari ini, kita telah menemukan peristirahatan dalam Tuhan Yesus Kristus. Oleh karena pengorbanan-Nya, Ia telah membuka jalan menuju surga, kerajaan Allah. Suatu hari, Ia akan datang kembali untuk membawa kita pulang, apabila kita percaya dan taat kepada-Nya. Dengan memegang hari peristirahatan di bumi, Anda menanti-nantikan hari Sabat di surga. Di hari Sabat yang agung itu, para pengikut Tuhan yang setia dapat beristirahat dari segala perkara dunia, ke dalam tangan-Nya yang kekal.