SAUH BAGI JIWA
Salah Berdoa
“Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu“ (Yakobus 4:3)
“Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu“ (Yakobus 4:3)
Suatu kali, seorang bapak dengan tergesa-gesa masuk ke sebuah toko, sambil menanyakan ke penjaga toko apakah ia menjual baterai merek tertentu. Sang penjaga toko menjawab kalau barang tersebut tidak termasuk dalam daftar barang yang dijual. Dengan nada kesal, si bapak membalas, “Mengapa toko sebesar ini tidak menjual barang yang saya minta, padahal itu merek umum lho!” Dengan sabar, sang penjaga toko menjawab, “Kami hanya menjual buah-buahan di toko ini, pak. Kami memang tidak pernah menjual baterai.” Ternyata sang bapak salah meminta.
Penulis Surat Yakobus pernah menyampaikan kepada pembaca bahwa ada orang yang berdoa, tetapi ia justru tidak menerima apa-apa dari permohonan doanya. Apakah karena telinga Tuhan kurang tajam untuk mendengar dan tangan-Nya kurang panjang untuk menolong? Bukan demikian, melainkan karena orang tersebut salah berdoa–sebab yang ia minta tidak lain hanya dihabiskan untuk memuaskan hawa nafsunya.
Secara harfiah, kata “salah” memiliki arti: “Niat yang salah” atau “tujuan yang tidak baik. Bagaimana mungkin seseorang memiliki tujuan yang tidak baik dalam berdoa? Sangat mungkin, penulis Surat Yakobus menjelaskan, yaitu ketika seseorang memanjatkan permohonan doanya hanya untuk memuaskan hawa nafsu dirinya. Frasa “hawa nafsu” dalam Perjanjian Baru memiliki konotasi yang negatif, yaitu berkaitan dengan kenikmatan hidup duniawi (Luk 8:14), pemuasan keinginan daging (Tit 3:3), kenikmatan untuk berfoya-foya (2Pet 2:13) serta hawa nafsu yang berkaitan dengan sengketa dan pertengkaran (Yak 4:1).
Penulis Surat Yakobus pun menambahkan bahwa kesalahan di dalam berdoa terjadi saat seseorang bahkan menggunakan kesempatannya dalam berdoa untuk dihabiskan hanya demi memuaskan hawa nafsunya. Dengan kata lain, seluruh fokus pusat perhatian, tenaga dan usaha yang kita lakukan dalam doa; hanya dilakukan untuk kepentingan pribadi kita–bagaimana kita dapat memenangkan argumentasi, bagaimana kita dapat mencapai keberhasilan agar keinginan-keinginan kita dapat terpenuhi baik melalui sengketa ataupun pertengkaran. Meskipun doa tersebut dilakukan dengan iman dan kesungguhan hati, doa yang demikian adalah doa yang memuaskan keinginan daging–doa yang tidak berkenan di hadapan Tuhan.
Akibatnya, terhadap doa yang demikian, kita tidak akan menerima apa-apa dari Tuhan. Di saat itupun, jika kita masih mengeraskan hati untuk tidak bertobat dari doa yang salah, kita akan terpuruk dalam kekesalan, kekecewaan bahkan iri hati; sehingga akhirnya kita akan berusaha untuk mencapai apa yang kita inginkan melalui cara dan kehendak kita sendiri. Pada akhirnya, penulis Surat Yakobus menasihati bahwa kita tidak lagi akan setia pada ketetapan Tuhan dan akan beralih pada persahabatan dengan dunia–demi memuaskan keinginan untuk menikmati kenikmatan hidup.
Lalu, bagaimana caranya agar kita tidak salah berdoa? “Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu,” demikianlah nasihat penulis Surat Yakobus. Doa yang benar adalah doa yang memprioritaskan kehendak Tuhan. Dalam iman dan kesungguhan hati, kita berusaha untuk memahami dan menjalankan apa yang Tuhan kehendaki dalam hidup kita. Dengan demikian, di dalam doa, kita dapat memanjatkan permohonan agar kiranya Tuhan membimbing arah tujuan jalan hidup kita–sehingga melalui perkataan, perbuatan dan pemikiran, kita dapat memuliakan Tuhan dan menjadi teladan bagi orang-orang sekitar kita. Amin.
Selamat beraktifitas dan Tuhan Yesus memberkati.
Sauh Bagi Jiwa Sebelumnya
Apakah sudah melakukan Mezbah Keluarga pada minggu ini?

-
- Durasi 60 menit dan waktu pelaksanaan bebas sesuai kesepakatan keluarga.
- Pembukaan:
- Dalam nama Tuhan Yesus mulai Mezbah Keluarga
- Doa dalam hati & menyanyikan 1 Lagu Kidung Rohani
- Membaca/ mendengarkan SBJ hari Sabtu/ Minggu.
- Sharing & diskusi keluarga:
- Apakah ayat atau bahan bacaan dalam seminggu yang paling berkesan.
- Adakah pengalaman rohani/ kesaksian pribadi yang berkenaan dengan bacaan yang berkesan.
- Adakah bagian bacaan yang tidak dimengerti? Jika diperlukan dapat ditanyakan kepada pendeta/ pembimbing rohani setempat.
- Apakah tantangan yang akan dihadapi dan bagaimana supaya dapat melakukan pengajaran dalam kehidupan sehari-hari.
- Penutup:
- Saling berbagi pokok doa keluarga dan gereja.
- Berlutut berdoa dan memohon kepenuhan Roh Kudus.