Titik Balik
Setiap kali ikut beribadah di gereja tersebut, aku merasa “asing” meskipun semua jemaatnya dari indonesia, yang seharusnya bisa membuatku merasa berada di lingkungan sendiri…
Setiap kali ikut beribadah di gereja tersebut, aku merasa “asing” meskipun semua jemaatnya dari indonesia, yang seharusnya bisa membuatku merasa berada di lingkungan sendiri…
Lalu kami membawanya ke dokter. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa terdapat lapisan lemak yang menutupi jantungnya. Dokter menyimpulkan bahwa hal tersebut tidak berbahaya, Tetapi malam itu,
Kelas Remaja kami ada seorang gadis, adik kelas. Aku sebenarnya menaruh hati, tetapi aku tidak berani mengungkapkan perasaanku. Aku hanya bisa menyimpannya di dalam hati…
Beberapa waktu yang lalu, saya merasa jenuh. Pikiran dan tubuh terasa lelah dengan rutinitas sehari-hari. Rasanya saya ingin sekali beristirahat dari pekerjaan maupun dari pelayanan. Akhirnya keinginan tersebut terkabul, saya sungguh bisa beristirahat. Namun, bukan beristirahat di rumah, melainkan di Rumah Sakit..
Puji syukur kepada Tuhan, setelah meminta pertolongan kemana-mana, akhirnya sebuah RS di Serpong bersedia menerima papa walaupun kondisinya penuh…
Setelah lulus kuliah, saya bekerja di sebuah perusahaan. Suatu malam, saya mendapat mimpi aneh. Dalam mimpi itu ada sesosok manusia yang berkata “Aku bisa menyelamatkan mu.” Saat itu, saya belum mengenal agama Kristen itu seperti apa..
Kata mama, nanti kamu hidup susah, sering ditinggal, dan lain sebagainya. Mama juga menambahkan, kalau aku tetap mau jodoh yang gereja, boleh saja, asalkan jangan pendeta. Lalu kuceritakan pembicaraan aku dengan mama kepadanya..
Suatu hari seorang istri pendeta di Gereja memberiku selembar kertas. Ternyata kertas itu berisikan nomor HP seorang jemaat di Malaysia. Aku diminta untuk menjadi teman komunikasi. Beliau menyampaikan bahwa siapa tahu jemaat tersebut cocok untuk dilanjutkan menjadi pasangan hidup..
Suatu hari, dia datang melamarku. Tentu aku senang dan menjawab “bersedia.” Tetapi aku utarakan hal yang mengganjal di hati, yaitu kalau ingin menikah, maka harus menikah di Gereja-ku, supaya kami dapat menjadi: “satu Tuhan, satu iman dan satu baptisan.”
Kami cuma dua bersaudara. Bayangan masa kecil terekam di otak kami, saat melihat orangtua sering bertengkar. Tidak jarang kami melihat kekerasan terjadi pada mama. Kalau sudah begitu, badanku gemetar. Lalu entah mengapa, aku langsung muntah-muntah…