SAUH BAGI JIWA
Membela Yang Salah
“Tetapi bani Benyamin tidak mau mendengarkan perkataan saudara-saudaranya, orang Israel itu.” (Hakim-Hakim 20:13b)
“Tetapi bani Benyamin tidak mau mendengarkan perkataan saudara-saudaranya, orang Israel itu.” (Hakim-Hakim 20:13b)
Orang tua mempunyai peran yang sangat penting dalam mendidik anak-anaknya, baik secara akademik maupun secara kepribadian. Oleh karena itu, sangat penting bagi orang tua untuk menanamkan sejak dini tentang apa yang benar dan apa yang salah. Ketika anak-anak melakukan sesuatu yang salah, orang tua harus berani untuk meluruskannya dan menunjukkan bahwa apa yang mereka lakukan itu salah. Bahkan, mungkin sebuah hukuman perlu diberikan untuk menunjukkan hal tersebut. Tapi pemberian hukuman ini tentu perlu dilakukan dengan kasih. Kita tidak boleh membiarkan perilaku anak kita yang salah tersebut dan tetap membelanya–menganggap mereka tidak berbuat salah–hanya karena mereka adalah anak kita.
Orang-orang dursila di Gibea telah membuat suatu perbuatan noda yang amat kejam di Hakim-Hakim pasal 19. Gibea ini adalah kota kepunyaan suku Benyamin. Perbuatan noda yang mereka lakukan ini akhirnya diketahui oleh seluruh suku bangsa Israel. Kemudian, bangsa Israel meminta suku Benyamin untuk menyerahkan orang-orang dursila tersebut. Namun, suku Benyamin tidak mau mendengarkan perkataan mereka. Mereka malah mempersiapkan diri untuk berperang melawan bangsa Israel.
Suku Benyamin menolak untuk menyerahkan orang-orang dursila tersebut meskipun orang-orang itu telah melakukan perbuatan yang tidak benar di hadapan Tuhan. Mereka tidak mau membiarkan orang-orang dursila itu mendapatkan hukuman. Mengapa orang-orang Benyamin membela mereka yang berbuat jahat? Karena mereka adalah satu suku. Mereka lebih mementingkan kesetiaan pada sukunya dibandingkan ketaatan kepada hukum Tuhan.
Kita pun dapat berbuat serupa ketika kita lebih mementingkan seseorang atau satu komunitas di atas Tuhan. Orang tersebut dapat berupa anggota keluarga kita, pasangan kita, teman kita, ataupun yang lainnya. Meskipun mereka salah, kita tetap membela mereka karena mereka adalah bagian penting dari kehidupan kita–walaupun itu berarti kita mengabaikan perintah Tuhan.
Saudaraku, kiranya kita tidak berlaku seperti suku Benyamin ini. Jika keluarga atau pasangan kita memang berlaku tidak sesuai dengan firman Tuhan, kiranya kita tidak membela dan menganggap perbuatan itu tidak salah, hanya dengan alasan karena kita mengasihi mereka. Justru jika kita sungguh-sungguh mengasihi mereka, kita harus berusaha untuk menuntun mereka kembali kepada kebenaran, misalnya dengan menegur atau menasihati mereka. Mengasihi bukan berarti membiarkan mereka melakukan apa pun yang mereka mau, tapi berusaha agar mereka tidak terjatuh lebih dalam.
Selain itu, kiranya Tuhan tetap menjadi prioritas kita di atas apa pun dalam kehidupan kita. Jangan sampai kasih kita kepada seseorang justru menyingkirkan ketaatan kita kepada Tuhan. Kiranya kita dapat tetap berlaku setia kepada Tuhan dan mengasihi sesama dengan benar. Haleluya!
Sauh Bagi Jiwa Sebelumnya
Apakah sudah melakukan Mezbah Keluarga pada minggu ini?

Berikut ini adalah Saran Pertanyaan untuk sharing Mezbah Keluarga
Tanggal: 4-5 Oktober 2025
1. Bacalah renungan “MEMBELA YANG SALAH”
2. Berikan contoh bagaimanakah kita tidak membela yang salah, tetapi sebaliknya kita menasihatinya dengan kasih? Setiap anggota keluarga dapat berbagi pendapatnya.
3. Berdoalah bersama-sama. Mohon Tuhan Yesus membantu agar kita dapat mengasihi setiap orang dengan benar sesuai Firman Tuhan.
-
- Durasi 60 menit dan waktu pelaksanaan bebas sesuai kesepakatan keluarga.
- Pembukaan:
- Dalam nama Tuhan Yesus mulai Mezbah Keluarga
- Doa dalam hati & menyanyikan 1 Lagu Kidung Rohani
- Membaca/ mendengarkan SBJ hari Sabtu/ Minggu.
- Sharing & diskusi keluarga:
- Apakah ayat atau bahan bacaan dalam seminggu yang paling berkesan.
- Adakah pengalaman rohani/ kesaksian pribadi yang berkenaan dengan bacaan yang berkesan.
- Adakah bagian bacaan yang tidak dimengerti? Jika diperlukan dapat ditanyakan kepada pendeta/ pembimbing rohani setempat.
- Apakah tantangan yang akan dihadapi dan bagaimana supaya dapat melakukan pengajaran dalam kehidupan sehari-hari.
- Penutup:
- Saling berbagi pokok doa keluarga dan gereja.
- Berlutut berdoa dan memohon kepenuhan Roh Kudus.